
Tembus Rp 10.787, Dolar Australia di Level Termahal 2020

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat di awal perdagangan Senin (31/8/2020) hingga menyentuh level termahal di tahun ini sebelum berbalik turun akibat aksi ambil untung (profit taking).
Melansir data Refinitiv, dolar Australia menguat 0,2% ke 10.787,33/AU$ pagi tadi. Meski tidak besar, level tersebut merupakan yang termahal di tahun ini. Jika melihat lebih ke belakang, mata uang Negeri Kanguru mencapai level termahal sejak November 2018.
Posisi yang tinggi tersebut membuat dolar Australia diterpa aksi profit taking hingga melemah 0,71$ ke Rp 10.685,62/AU$ pada pukul 13:40 WIB.
Data dari China pagi ini menunjukkan ekspansi sektor manufaktur yang melambat di bulan Agustus.
Purchasing managers' index (PMI) China bulan Agustus dilaporkan sebesar 51, turun dari bulan sebelumnya 51,1.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi sementara di atas 50 berarti ekspansi.
Data ini memperbesar aksi profit taking, sebabnya menunjukkan pelambatan ekspansi China yang merupakan mitra dagang utama Australia, ketika ekspansi sektor manufaktur menurun kemungkinan permintaan komoditas dari Australia juga turun.
Kenaikan harga komoditas menjadi faktor dibalik kuatnya dolar Australia belakang ini. Analis dari Westpac, Bill Evans memprediksi penguatan dolar Australia hingga tahun depan melawan dolar Amerika Serikat (AS), ditopang oleh kenaikan harga bijih besi, komoditas ekspor utama Australia, serta dolar AS yang masih lemah.
Ketika dolar Australia mampu menguat melawan dolar AS, rupiah tentunya juga berisiko terpukul.
Evans melihat, dolar Australia yang saat ini di kisaran US$ 0,72 akan menguat ke US$ 0,75 di akhir tahun ini, dan mencapai US$ 0,8 di akhir tahun 2021. Fair value dolar Australia dikatakan berada di level US$ 0,78.
Pemicu lain kuatnya dolar Australia adalah bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) yang tidak mempermasalahkan posisi nilai tukar dolar Australia juga membuat harganya makin melambung.
Pada 22 Juli lalu, nilai tukar dolar Australia melawan dolar AS berada di atas US$ 0,7. Gubernur Lowe saat berbicara di hari itu mengatakan posisi nilai tukar dolar Australia sudah sesuai dengan fundamentalnya.
Nilai tukar dolar Australia dikatakan sesuai dengan fundamentalnya, artinya RBA tidak mengharapkan dolar Australia akan melemah untuk membantu perekonomian.
Tetapi ketika mata uangnya terus menguat tentunya akan menjadi masalah bagi perekonomian Australia, harga produk ekspor menjadi lebih mahal dan permintaan berisiko menurun.
Jika hal tersebut terjadi, maka seperti yang disebutkan Evans ada kemungkinan RBA akan melakukan intervensi untuk melemahkan kurs dolar Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
