
Perkasa di Awal Pekan, Rupiah Sentuh Rp 14.500/US$ Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (31/8/2020) setelah membukukan penguatan lebih dari 1% sepanjang pekan lalu.
Dolar AS yang sedang loyo merespon kebijakan terbaru dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membuat rupiah mampu perkasa lagi.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung melesat 0,79% ke Rp 14.500/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka. Terakhir kali rupiah menyentuh level tersebut pada 6 Agustus lalu.
Sayangnya, rupiah mengendur, pada pukul 12:00 WIB berada di level Rp 14.550/US$ menguat 0,44% di pasar spot.
Bos The Fed, Jerome Powell, pada Kamis (27/8/2020) malam mengubah pendekatannya terhadap target inflasi. Sebelumnya The Fed menetapkan target inflasi sebesar 2%, ketika sudah mendekatinya maka bank sentral paling powerful di dunia ini akan menormalisasi suku bunganya, alias mulai menaikkan suku bunga.
Kini The Fed menerapkan "target inflasi rata-rata" yang artinya The Fed akan membiarkan inflasi naik lebih tinggi di atas 2% "secara moderat" dalam "beberapa waktu", selama rata-ratanya masih 2%.
Dengan "target inflasi rata-rata" Powell mengatakan suku bunga rendah bisa ditahan lebih lama lagi, guna membantu perekonomian yang mengalami resesi akibat pandemi Covid-19.
Suku bunga rendah yang ditahan dalam waktu yang lama tentunya berdampak negatif bagi dolar AS.
Selain itu, pelaku pasar melihat Negeri Paman Sam akan tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lainnya, khususnya Eropa, dalam pemulihan ekonomi yang nyungsep akibat Covid-19. Dengan demikian, ada kemungkinan Eropa akan melakukan normalisasi kebijakan moneter lebih cepat dari AS.
"Ketika bank sentral lain mulai melakukan pengetatan, The Fed mungkin akan tertinggal. Perbedaan suku bunga tidak berpihak kepada dolar AS. Jadi dalam jangka menengah-panjang, ini akan menjadi sentimen negatif bagi greenback," kata Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA, seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Dalam laporan kebijakan Moneter Kuartal II-2020, Bank Indonesia (BI) menjelaskan potensi penguatan nilai tukar Rupiah tersebut didukung oleh inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah dan daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi serta premi risiko Indonesia yang turun.
Penurunan premi risiko yang tercermin dari (credit default swap/CDS) menandakan pelaku pasar meyakini bahwa risiko gagal bayar alias default semakin kecil. Artinya, investor semakin optimis dengan kondisi perekonomian Indonesia. Rupiah pun perkasa kembali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
