
Sedang Perkasa, Mata Uang Garuda Masih Diapresiasi Investor

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat lebih dari 1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu, mengakhiri perdagangan di level Rp 14.615/US$. Rupiah sebenarnya dalam kondisi kurang bagus akibat meningkatnya risiko resesi di Indonesia, tetapi dolar AS juga sedang terpuruk setelah bank sentral AS (The Fed) merubah target inflasi sehingga suku bunga rendah bisa ditahan lebih lama.
Kebijakan baru The Fed tersebut kemungkinan masih akan membuat dolar AS tertekan, dan rupiah berpeluang kembali menguat di awal pekan ini, Senin (31/8/2020).
Selain itu, sentimen pelaku pasar yang sedang membaik juga berpeluang membuat rupiah perkasa.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street sedang "hot". Indeks S&P 500 dan Nasdaq berkali-kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Pada perdagangan Jumat waktu AS, Wall Street kembali menghijau, indeks Dow Jones bahkan kembali positif secara year-to-date. Dow Jones akhirnya membukan penguatan 4 pekan beruntun, sementara S&P 500 dan Nasdaq yang mencetak rekor membukukan penguatan 5 pekan beruntun.
Penguatan Wall Street tersebut menjadi indikasi sentimen pelaku pasar sedang membaik, dan terlihat bursa saham Asia yang sudah dibuka juga menghijau pagi ini.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di bawah US$ 14.730/US$, yang merupakan resisten (tahanan atas) kuat.
Level US$ 14.730/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu indikator stochastic kini berada di kisaran 50, jauh dari wilayah jenuh beli (overbought) maupun jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Support terdekat berada di Rp 14.590/US$, jika berhasil dilewati, rupiah berpeluang menguji kembali level Rp 14.550/US$.
Sementara Rp 14.660/US$ menjadi resisten terdekat, jika dilewati rupiah berisiko melemah kembali ke RP 14.700/US$, sebelum menuju resisten kuat Rp 14.730/US$
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
