Ada Laura di Balik Lonjakan Harga Minyak, Siapa Dia?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 August 2020 08:55
pengeboran minyak
Ilustrasi Pengeboran Minyak (CNBC Indonesia/Aristya Rahadian Krisabella)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia menguat lumayan tajam sepanjang pekan ini. Harga si emas hitam memang sedang dalam tren menanjak.

Selama pekan ini, harga minyak jenis brent naik 1,58% secara point-to-point. Sedangkan yang jenis light sweet naik 1,49%. Dalam sebulan terakhir, harga brent naik 2,97% dan light sweet terangkat 4,12%.

Pekan ini, bencana alam melanda Amerika Serikat (AS) dalam bentuk Badai Laura. Badai ini membuat produksi minyak di wilayah pengeboran (offshore) Teluk Meksiko anjlok sampai 82,13% atau 1,52 juta barel/hari. Sementara produksi gas bumi turun 58,84% atau 1,59 MMCFD.

Badai Laura membuat 189 rig di Teluk Meksiko masih tanpa awak per kemarin. Teluk Meksiko menyumbang 17% dari total produksi minyak AS dan 5% untuk gas bumi.

Nah, AS adalah produsen minyak terbesar dunia. Tahun lalu, AS memproduksi minyak 19,51 juta barel/hari. Jumlah ini mencapai 19% dari total produksi dunia. Kalau produksi minyak AS seret, maka tentu akan membuat pasokan di pasar global berkurang sehingga harga bergerak naik.

Selain produsen, AS juga merupakan konsumen minyak terbesar di planet bumi. Konsumsi minyak Negeri Adidaya mencapai lebih dari 19 juta barel/hari atau 20% dari permintaan dunia.

Jadi kala ada apa-apa di AS, maka akan mempengaruhi pembentukan harga di level global. Oleh karena itu, perkembangan di AS selalu dipantau oleh pelaku pasar, termasuk yang 'bermain' di pasar komoditas.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minus, Beli Minyak Dapat Duit!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular