Analisis Teknikal

Bahaya! Ada Tanda IHSG Belum Puas Turun

Tri Putra, CNBC Indonesia
28 August 2020 12:13
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan akhir pekan Jumat (28/8/20) terperosok ke zona merah dengan penurunan 0,75% di level 5.331,40.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 561 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 4,5 triliun.

Selanjutnya bursa di kawasan Asia mayoritas terpantau hijau, Hang Seng Index di Hong Kong naik 0,87%, Nikkei di Jepang terapresiasi 0,42%sedangkan Indeks STI di Singapura naik 1,82%.

Beralih ke bursa efek acuan dunia negeri Paman Sam, Wall Street ditutup bervariatif pada penutupan Kamis (27/8/20) waktu setempat. Dow Jones terapresiasi 0,57%, S&P 200 naik 0,17%, akan tetapi Indeks Nasdaq terpeleset0,34% setelah pidato pidato Jackson Hole Gubernur The Fed Jerome Powell.

Pada pidato yang tahun ini terpaksa diadakan secara virtual akibat pandemi corona ini, Powell mengumumkan kebijakan inflasi yang sudah dinanti-nati yakni kebijakan inflasi menengah, dimana bank sentral negeri Paman Sam ini akan mengijinkan tingkat inflasi berada di atas 2%.

Ketika inflasi berada di bawah angka 2% selama periode waktu tertentu, bank sentral akan mengintervensi dengan berbagai kebijakan moneter. Dalam perubahan terbaru ini The Fed juga memberi sinyal dari pemikiran lamanya dimana ketatnya tingkat tenaga kerja akan memicu laju inflasi.

"Tingkat tenaga kerja bisa berada pada level kapasitas maksimumnya atau bahkan di atasnya tanpa menganggu, kecuali ketika tingkat tenaga kerja ini sudah mulai memberikan efek yang tidk diinginkan terhadap inflasi," ujar pria sang akrab disapa Jay.

Pidato Powell ditambah kabar positif mengenai perkembangan vaksin dan penurunan laju konfirmasi pasien positif corona harian berhasil menghijaukan Indeks Dow Jones.

IHSG TeknikalFoto: Teknikal Analisis
IHSG Teknikal

Teknikal Analisis

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada diarea batas atas maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terkoreksi.

Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.368. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.310.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 58, yang menunjukkan belum adanya indikator jenuh beli akan tetapi pergerakan RSI terkonsolidasi turun setelah menyentuh level jenuh beli sehingga biasanya menandakan pergerakan IHSG selanjutnya akan cenderung terdepresiasi.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang mencoba berpotongan di wilayah negatif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk terdepresiasi.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas atas, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikator MACD yang berada di zona negatif dan RSI yang terkonsolidasi turun.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular