
Rupiah Payah! Kalah 4 Hari Beruntun Lawan Dolar Australia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (28/8/2020), padahal data ekonomi dari Negeri Kanguru kurang bagus di pekan ini.
Pada pukul 10:48 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.690,03, dolar Australia menguat 0,54% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelum hari ini, rupiah sudah melemah dalam 3 hari perdagangan beruntun melawan dolar Australia, pada periode yang sama justru mampu menguat 2 kali melawan dolar AS.
Hal tersebut menunjukkan dolar Australia memang sedang perkasa, posisinya saat ini pun berada di dekat level tertinggi dalam lebih dari 1,5 tahun terakhir.
Kemarin, Biro Statistik Australia hari ini melaporkan belanja modal di kuartal II-2020 merosot 5,9% quarter-to-quarter (QtQ). Capex Australia sudah mengalami penurunan dalam 6 kuartal beruntun, dan yang terakhir merupakan yang terburuk sejak kuartal III-2015.
Capex menjadi salah satu indikator kesehatan ekonomi, saat belanja modal merosot, artinya dunia usaha kurang optimis menatap perekonomian di masa yang akan datang.
Kenaikan harga komoditas menjadi faktor dibalik kuatnya dolar Australia.
Analis dari Westpac, Bill Evans memprediksi penguatan dolar Australia hingga tahun depan melawan dolar Amerika Serikat (AS), ditopang oleh kenaikan harga bijih besi, komoditas ekspor utama Australia, serta dolar AS yang masih lemah.
Ketika dolar Australia mampu menguat melawan dolar AS, rupiah tentunya juga berisiko terpukul.
Evans melihat, dolar Australia yang saat ini di kisaran US$ 0,72 akan menguat ke US$ 0,75 di akhir tahun ini, dan mencapai US$ 0,8 di akhir tahun 2021. Fair value dolar Australia dikatakan berada di level US$ 0,78.
Pemicu lain kuatnya dolar Australia adalah bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) yang tidak mempermasalahkan posisi nilai tukar dolar Australia juga membuat harganya makin melambung.
Pada 22 Juli lalu, nilai tukar dolar Australia melawan dolar AS berada di atas US$ 0,7. Gubernur Lowe saat berbicara di hari itu mengatakan posisi nilai tukar dolar Australia sudah sesuai dengan fundamentalnya.
Nilai tukar dolar Australia dikatakan sesuai dengan fundamentalnya, artinya RBA tidak mengharapkan dolar Australia akan melemah untuk membantu perekonomian.
Tetapi ketika mata uangnya terus menguat tentunya akan menjadi masalah bagi perekonomian Australia, harga produk ekspor menjadi lebih mahal dan permintaan berisiko menurun.
Jika hal tersebut terjadi, maka seperti yang disebutkan Evans ada kemungkinan RBA akan melakukan intervensi untuk melemahkan kurs dolar Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah
