Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah seakan tidak merasakan jetlag, padahal mata uang Tanah Air tidak diperdagangkan sejak Kamis pekan lalu.
Pada Senin (24/8/2020), US$ 1 dibanderol Rp 14.750 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Tahun Baru Hijriah.
Senin pekan lalu, pasar keuangan Indonesia libur memperingati Hari Kemerdekaan. Kemudian pada Kamis ada libur Tahun Baru Hijriah. Jumat libur lagi karena pemerintah menetapkannya sebagai cuti bersama. Jadi praktis perdagangan rupiah hanya berlangsung selama dua hari selama minggu kemarin.
Biasanya selepas momentum libur panjang seperti ini pelaku pasar memilih untuk melakukan konsolidasi. Mencerna segala berita dan rilis data yang terlewatkan, dan memasukkannya ke dalam perhitungan.
Namun sepertinya hal itu tidak terjadi hari ini. Meski baru pulang dari libur panjang, rupiah seakan tidak mengalami jetlag sama sekali.
Rupiah memang tidak perlu jetlag karena dolar AS masih saja menderita. Pada pukul 07:37 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,06%.
Mata uang Negeri Paman Sam bak sedang memasuki terowongan panjang yang entah di mana ujungnya. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index melemah 1,31%. Bahkan selama tiga bulan ke belakang, koreksinya mencapai 6,67%. Belum terlihat ada cahaya...
Investor kini menunggu petunjuk berikutnya mengenai arah kebijakan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Pada Kamis malam waktu Indonesia, petinggi The Fed beserta para pemangku kepentingan melakukan pertemuan tahunan.
Sedianya lokasi pertemuan adalah di Jackson Hole, Wyoming. Namun karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), pertemuan terpaksa digelar via daring.
Sampai saat ini, pelaku pasar masih meyakini bahwa The Fed tetap akan menerapkan kebijakan yang longgar bin agresif. Pasalnya, jalan menuju pemulihan ekonomi akibat pandemi virus corona seperti bakal panjang dan melelahkan.
Contoh, pada pekan yang berakhir 15 Agustus, jumlah klaim tunjangan pengangguran tercatat 1,106 juta. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu 971.000.
Mengutip perhitungan Reuters dan US Commodity Futures Trading Commission, posisi jual (short) terhadap dolar AS pada pekan yang berakhir 18 Agustus adalah US$ 32,12 miliar. Turun dibandingkan pekan sebelumnya yang sebanyak US$ 32,12 miliar, penurunan pertama dalam tujuh minggu terakhir.
"Dalam jangka pendek mungkin ada riak-riak penguatan dolar AS. Namun dalam jangka panjang, dolar AS akan melanjutkan tren pelemahan karena The Fed akan menerapkan kebijakan agresif dalam waktu lama," kata Junichi Ishikawa, Senior FX Strategist di IG Securities yang berbasis di Tokyo, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Dengan situasi dolar AS yang sedang tertekan ini, rupiah nyaman-nyaman saja berjalan di jalur hijau. Tidak peduli baru pulang dari libur panjang, rupiah tetap bisa perkasa di hadapan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA