Kurang Tenaga? Harga Minyak Cuma Naik Secuil di Awal Pekan

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
24 August 2020 09:08
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif diperdagangkan mencoba merangkak naik di awal pekan Senin (24/8/2020) usai melorot akhir pekan lalu.

Pada 08.35 WIB, harga minyak berjangka Brent naik 0,14% ke US$ 44,41/barel dan harga minyak patokan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) terangkat 0,17% ke US$ 42,41/barel.

Sebenarnya harga minyak mentah cenderung stabil memasuki bulan Juli. Hal ini dipicu oleh adanya upaya pemangkasan pasokan oleh negara-negara eksportir minyak dan koleganya (OPEC+).

Dalam Declaration of Cooperation (DoC) sepakat untuk memotong produksi minyak global sebesar hampir 10% atau setara dengan 9,7 juta barel per hari (bpd). Seiring berjalannya waktu, kebangkitan perekonomian China serta membaiknya mobilitas publik global juga menjadi pendorong harga minyak.

Namun memasuki bulan Agustus, OPEC+ tak lagi memangkas produksinya secara besar-besaran di angka 9,7 juta bpd. OPEC+ akan tetap mengikuti kesepakatan awal dengan volume pemangkasan di angka 7,7 juta bpd. 

Organisasi tersebut kini akan berfokus untuk mendorong negara-negara yang kurang memiliki komitmen kuat terhadap kesepakatan untuk mengkompensasi ketidakpatuhannya tersebut. Sehingga jika Nigeria, Iraq dan koleganya menepati kesepakatan maka penambahan pasokan di pasar tak akan sebanyak yang diperkirakan.

Namun ada sedikit sentimen negatif yang berhembus dari Libya. Perusahaan minyak nasional Libya mengatakan akan memulai kembali ekspor minyak setelah pemerintah negara Afrika Utara yang diakui secara internasional di Tripoli mengumumkan gencatan senjata.

Ini jelas membuat pasokan menjadi bertambah dan pada akhirnya semakin menekan harga minyak. 

"Pasar tidak mampu menyerap tambahan barel," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York, mengutip Reuters. "Meskipun saya senang mereka mencapai kesepakatan damai, itu bermasalah untuk situasi pasokan global dan itu adalah bagian besar dari aksi jual hari ini." tambah Kilduff akhir pekan lalu.

Dalam laporan terbarunya di bulan Agustus, OPEC memperkirakan permintaan terhadap minyak mentah untuk tahun 2020 akan turun 9,1 juta bpd ke 90,6 juta bpd. Permintaan diramal bakal bertambah 7 juta bpd menjadi 97,6 juta bpd tahun depan. 

Namun jika kasus baru infeksi Covid-19 terus merebak, OPEC memperkirakan penurunan permintaan minyak bisa mencapai 11,2 juta bpd. Ke depan harga minyak akan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sentimen terhadap vaksin, rilis data ekonomi hingga dinamika supply and demand.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Koreksi, tapi Masih di Level Tertinggi Setahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular