
IHSG Masih Jet Lag atau Siap Mengekor Wall Street?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu berhasil menguat, dimana perdagangan berlangsung hanya 2 hari, Selasa dan Rabu. Bursa kebanggaan Tanah Air in mencatat penguatan 0,9% di hari Selasa (18/8/2020), sehari setelahnya melemah 0,42% ke 5.272,81. Sehingga IHSG mampu mencatat penguatan 0,38% pada pekan lalu.
Sebelum melemah di hari Rabu (19/8/2020), IHSG membukukan penguatan 6 hari beruntun dan berada di level tertinggi sejak 6 Maret lalu, sehingga ada aksi ambil untung (profit taking) dibalik pelemahan tersebut.
Di awal pekan ini, Senin (24/8/2020) IHSG berpotensi kembali ke jalur penguatan mengingat bursa saham AS (Wall Street) yang menguat di hari Jumat pekan lalu. Indeks S&P 500 dan Nasdaq bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Penguatan Wall Street yang merupakan kiblat bursa saham dunia, menjadi sentimen positif ke pasar Asia.
Namun, ada sentimen negatif yang berisiko membuat bursa saham Asia berguguran, yakni kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang kembali melonjak di Korea Selatan.
Pemerintah Korea Selatan melarang pertemuan besar, menutup tempat hiburan malam dan gereja, serta melarang adanya penonton pada ajang pertandingan olahraga. Kebijakan pembatasan ini diumumkan pada Sabtu (22/08/2020) guna memerangi penyebaran virus corona.
Hal tersebut tentunya memicu kecemasan akan risiko serangan virus corona gelombang kedua, tidak hanya di Korea Selatan tetapi juga di negara lainnya. Jika itu terjadi, resesi global kemungkinan akan berlangsung lama, sehingga bisa memperburuk sentimen pelaku pasar.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. IHSG terus melaju naik setelah menembus level 5.163 yang merupakan Fibonnaci Retracement 50% pada Selasa 2 pekan lalu. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.
![]() Foto: Refinitiv |
Fib. Retracement 50% tersebut merupakan resesiten yang kuat, sehingga ketika ditembus secara meyakinkan akan memberikan momentum penguatan.
Indikator Stochastic pada grafik harian sudah berada wilayah jenuh beli (overbought) yang bisa membebani pergerakan ke atas IHSG.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya ketika mencapai overbought atau oversold, IHSG berisiko melemah atau punya peluang menguat.
Terkadang jika momentum sedang kuat Stochastic bisa tertahan di wilayah overbought dalam waktu yang cukup lama, tetapi tetap harus diperhatikan juga risiko koreksi akibat kondisi jenuh beli tersebut.
Dalam beberapa hari atau pekan ke depan, selama mampu bertahan di atas Fib. Retracement 50%, IHSG berpeluang menguat ke 5.458 yang merupakan Fib, Retracement 61,8%.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara untuk pergerakan hari ini, melihat grafik 1 jam, indikator stochastic bergerak turun mendekati dari wilayah oversold. Sehingga ruang penguatan IHSG cukup terbuka.
IHSG pada pekan lalu 2 kali berhasil melewati 5.300, tetapi sayangnya gagal menutup perdagangan di atasnya. Level tersebut menjadi resesiten terdekat, jika berhasil ditembus IHSG berpotensi naik ke 5.350. Jalan menuju target penguatan 5.458 semakin mulus jika bursa kebanggaan Tanah Air ini mampu melewati level 5.350.
Support terdekat kini berada di 5.260, selama bertahan di atasnya, IHSG masih cenderung menguat.
Sementara jika 5.260 ditembus, IHSG berisiko terkoreksi ke 5.210, sebelum menuju 5.163 yang menjadi support kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000