
6 Hari Ambles, Rupiah Terpuruk & Terburuk di Asia

Pelemahan rupiah memang sempat terpangkas setelah rilis data CAD hari ini. Tetapi, tak berlangsung lama Mata Uang Garuda kembali melemah
Publikasi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Kuartal II-2020 oleh Bank Indonesia (BI) hari ini menunjukkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) sebesar US$ 2,9 miliar atau setara 1,2% dari produk domestic bruto (PDB), membaik dari kuartal sebelumnya 1,4% dari PDB.
Defisit di kuartal II-2020 menjadi yang terkecil sejak kuartal I-2017.
Transaksi berjalan merupakan satu dari dua komponen Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), dan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.
Transaksi berjalan sudah mengalami defisit sejak kuartal IV-2011, sehingga menjadi "hantu" bagi perekonomian Indonesia. Kala defisit membengkak, BI akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money, sehingga diharapkan dapat mengimbangi CAD, yang pada akhirnya dapat menopang penguatan rupiah.
Namun, kala suku bunga dinaikkan, suku bunga perbankan tentunya ikut naik, sehingga beban yang ditanggung dunia usaha hingga rumah tangga akan menjadi lebih besar. Akibatnya, investasi hingga konsumsi rumah tangga akan melemah, dan roda perekonomian menjadi melambat. Oleh karena itu, CAD menjadi hantu bagi perekonomian Indonesia.
Komponen NPI lainnya, transaksi modal dan finansial berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money, dan pergerakannya sangat fluktuatif. Arus modal dapat datang dan pergi dalam waktu singkat, sehingga berdampak pada stabilitas rupiah.
Lihat saja bagaimana rupiah ambrol pada bulan Maret, saat itu rupiah menyentuh level Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan Maret terjadi capital outflow sebesar Rp 121,26 triliun di pasar obligasi, total kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) menjadi Rp 926,91 triliun per 31 Maret.
Sehingga posisi transaksi berjalan menjadi krusial bagi ketangguhan rupiah. Tetapi sayangnya, meski CAD membaik rupiah masih tetap melempem.
Pelaku pasar sepertinya menanti pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Rabu besok, dan melihat outlook suku bunga. Sepanjang tahun ini, BI sudah memangkas suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 100 basis poin (bps) menjadi 4%. Sehingga jika dipangkas lagi, maka daya tarik investasi di dalam negeri menjadi menurun, arus modal kemungkinan akan seret, dan rupiah terpukul.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
