CAD RI Menipis, Nasib Rupiah Masih di Atas Rp 14.800/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 August 2020 13:22
Many bundles of US dollars bank notes
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (18/8/2020), padahal defisit neraca perdagangan Indonesia menyempit di kuartal II-2020.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% ke Rp 14.700/US$. Tetapi tidak lama, rupiah masuk ke zona merah. Depresiasi semakin membengkak hingga 0,75% ke Rp 14.830/US$ yang menjadi level terlemah intraday. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di level Rp 14.825/US$.

Pelemahan hari ini memperpanjang kinerja buruk rupiah yang sepanjang pekan lalu tak sekali pun mampu menguat.

Pelemahan rupiah memang sempat terpangkas setelah rilis data CAD hari ini. Tetapi, tak berlangsung lama Mata Uang Garuda kembali mendekati level terlemah intraday.

Publikasi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Kuartal II-2020 oleh Bank Indonesia (BI) hari ini menunjukkan defisit transaksi berjalan sebesar US$ 2,9 miliar atau setara 1,2% dari produk domestic bruto (PDB), membaik dari kuartal sebelumnya 1,4% dari PDB.

Defisit di kuartal II-2020 menjadi yang paling rendah sejak kuartal I-2017. Transaksi berjalan merupakan satu dari dua komponen Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), dan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.

Komponen NPI lainnya, transaksi modal dan finansial berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money, dan pergerakannya sangat fluktuatif. Arus modal dapat datang dan pergi dalam waktu singkat, sehingga berdampak pada stabilitas rupiah.

Transaksi berjalan sudah mengalami defisit sejak kuartal IV-2011, sehingga menjadi "hantu" bagi perekonomian Indonesia. Kala defisit membengkak, BI akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money, sehingga diharapkan dapat mengimbangi CAD, yang pada akhirnya dapat menopang penguatan rupiah.

Kini dengan CAD yang terus membaik, rupiah seharusnya punya tenaga untuk kembali menguat. Tetapi hingga pertengahan perdagangan masih melempem.

Pelaku pasar sepertinya menanti pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Rabu besok, dan melihat outlook suku bunga. Sepanjang tahun ini, BI sudah memangkas suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 100 basis poin (bps) menjadi 4%. Sehingga jika dipangkas lagi, maka daya tarik investasi di dalam negeri menjadi menurun, arus modal kemungkinan akan seret, dan rupiah terpukul.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular