
Puncak Musim & Ekspor Turun, Harga CPO Anjlok Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (CPO) melemah tipis hari ini Selasa (18/8/2020). Koreksi harga yang terjadi belakangan ini dipicu oleh penurunan ekspor dan masuknya periode puncak produksi musiman.
Pada 11.29 WIB, harga CPO untuk kontrak pengiriman November di Bursa Malaysia Derivatif Exchange turun 7 ringgit atau terpangkas 0,26% ke RM 2.679/ton.
Data perusahaan surveyor kargo Intertek Testing Services (ITS) menunjukkan ekspor minyak sawit Negeri Jiran pada periode 1-15 Agustus turun 16,5% menjadi 694.402 ton dari bulan Juli yang tercatat mencapai 831.155 ton.
Harga minyak mentah yang melemah akibat kemungkinan OPEC+ tak akan mengubah kesepakatan pemangkasan produksi serta penguatan ringgit Malaysia menjadi pemberat laju kenaikan harga minyak.
Pada perdagangan pasar spot hari ini pukul 11.30 WIB, ringgit Negeri Jiran menguat 0,08% di hadapan dolar greenback. Penguatan ringgit membuat CPO yang dibanderol dalam mata uang tersebut menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya sehingga berpengaruh terhadap minat belinya.
Di sisi lain para trader juga mengkhawatirkan potensi kenaikan output mengingat sudah masuk puncak produksi di Malaysia. Hanya saja faktor berupa ketersediaan tenaga kerja menjadi tantangan lain.
Produsen minyak sawit Malaysia sedang melakukan upaya rekrutmen untuk mempekerjakan penduduk setempat dan mempercepat mekanisasi industri saat mereka bergulat dengan kekurangan tenaga kerja asing yang parah akibat pandemi virus corona.
Reuters melaporkan, jelang puncak musim produksi September-November, perusahaan memasang spanduk di dekat perkebunan dan memasang iklan pekerjaan online yang membanggakan perumahan gratis, air gratis, dan fasilitas kehidupan perkebunan lainnya untuk memikat pekerja.
Larangan perjalanan dan mobilitas publik telah membuat produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia itu mengalami kekurangan 37.000 pekerja, hampir 10% dari total tenaga kerja.
Di sisi lain cuaca yang buruk hingga faktor kekeringan panjang yang melanda kawasan RI dan Malaysia pada 2019 membuat perawatan tanaman tak optimal sehingga output dari Indonesia mengalami penurunan 9% (yoy) pada semester I-2020 menjadi 23,5 juta ton dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 25,88 juta ton.
Pada akhirnya faktor masih kurangnya tenaga kerja ini diperkirakan mampu mengimbangi potensi kenaikan output secara musiman sehingga risiko penurunan harga CPO yang signifikan dapat diminimalkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joss! Gegara Indonesia Harga CPO Dunia Pecah Rekor