
Astaga, Dolar AS Sudah di Atas Rp 14.800!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah pun tidak berdaya di perdagangan pasar spot.
Pada Selasa (18/8/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.907. Rupiah menguat tipis 0,07% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Sementara di pasar spot, rupiah melemah 0,75% ke Rp 14.830 pada pukul 10:00 WIB. Kala pembukaan pasar, rupiah masih bisa menguat 0,14% tetapi hanya butuh hitungan menit bagi mata uang Tanah Air untuk tercebur ke zona merah.
Rupiah belum bisa memanfaatkan dolar AS yang sebenarnya masih tertekan. Pada pukul 09:13 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,2%.
Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah terkoreksi 1,03%. Bahkan dalam tiga bulan ke belakang indeks ini ambles 6,74%.
Mengapa rupiah tidak bisa menguat terhadap dolar AS yang sedang lesu darah seperti ini? Sepertinya faktor domestik memainkan peran.
Ada sejumlah data penting yang dirilis hari ini yaitu perdagangan internasional periode Juli 2020 dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2020. Untuk yang pertama disebut, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor kembali terkontraksi (tumbuh negatif) cukup dalam yaitu -18,205% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Kontraksi impor bahkan lebih parah lagi yaitu -22,965% YoY. Ini membuat neraca perdagangan diramal surplus US$ 629 juta.
Meski neraca perdagangan tidak tekor, tetapi kejatuhan ekspor-impor yang begitu dalam tentu membuat alarm tanda bahaya kembali menyala. Jangan-jangan pemulihan ekonomi pada kuartal III-2020 hanya harapan semu, pepesan kosong, palsu belaka...
Sementara untuk yang kedua, Bank Indonesia (BI) memberi ancer-ancer bahwa transaksi berjalan, yang merupakan salah satu pos dalam NPI, akan membukukan defisit di bawah 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada kuartal sebelumnya, defisit transaksi berjalan tercatat 1,4% PDB.
Sepanjang 2020, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan berada di kisaran 1,5% PDB. Lumayan jauh melandai dibandingkan 2019 yang sebesar 2,72% PDB.
Defisit transaksi berjalan yang terkendali membuat pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa membaik. Setidaknya 'lubang' di transaksi berjalan lebih kecil sehingga tidak membutuhkan talangan dari arus modal portofolio alias hot money yang terlalu banyak.
Namun ini semua masih di awang-awang, belum ada kepastian. Sembari menunggu pengumuman dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan BI, investor memilih bermain aman. Belum ada pergerakan yang signifikan, terutama dari pemain asing.
Pada pukul 09:19 WIB, investor asing membukukan jual bersih Rp 35,41 miliar di pasar saham Indonesia. Arus modal asing yang terbatas membuat rupiah sulit kembali ke jalur hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
