Terlalu Banyak yang Ditunggu, Rupiah Jadi Susah Maju

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 August 2020 09:10
rupiah
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

Sementara esok hari, BI akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan bertahan di 4%.

Ada alasan kuat mengapa MH Thamrin sepertinya belum menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate. Mandat utama bank sentral adalah menjaga stabilitas nilai tukar mata uang.

Wajar kalau BI mungkin agak gerah dengan perkembangan nilai tukar rupiah akhir-akhir ini. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Ibu Pertiwi melemah 2,4% dalam sebulan ke belakang.

Penurunan suku bunga acuan akan ikut menarik bawah imbalan aset-aset berbasis rupiah, terutama aset berpendapatan tetap seperti obligasi. Ketika insentif untuk mengoleksi obligasi berkurang, maka investor akan cenderung menghindar. Sekarang saja terlihat investor, terutama asing, sedang dalam tren melepas obligasi pemerintah.

Per 13 Agustus, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) tercatat Rp 942,52 triliun. Turun dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya yaitu Rp 945,79 triliun.

Tanpa aliran modal asing, rupiah akan kekurangan 'darah' dan bisa semakin melemah. BI tentu tidak ingin rupiah melemah, apalagi dalam laju yang cepat.

Oleh karena itu, perlu ada 'pemanis' agar arus modal asing tetap masuk ke pasar keuangan Tanah Air. Salah satu caranya adalah tidak membuat suku bunga lebih rendah lagi.

Penantian investor terhadap NPI, data perdagangan, dan suku bunga acuan membuat rupiah sulit ke mana-mana. Ditambah dengan pekan yang lagi-lagi singkat karena ada libur perayaan Tahun Baru Hijriyah. Investor akan semakin ogah-ogah, dan nasib rupiah jadi terombang-ambing.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular