
Mumpung Harga Emas Lagi Turun, BI Bisa Borong Nih...

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia masih menjalani tren koreksi. Dalam sepekan terakhir, harga sang logam mulia sudah ambles lebih dari 4%.
Pada Senin (17/8/2020), pukul 10:47 WIB, harga emas dunia turun 0,16%. Selama seminggu belakangan, harga komoditas ini ambrol 4,35%.
Usai mencatat rekor tertinggi sepanjang masa di kisaran US$ 2.000/troy ons, harga emas mulai terkoreksi. Wajar, karena investor tentu 'gatal' ingin merasakan cuan dari emas yang memang sudah tinggi.
"Jika yang terjadi adalah koreksi teknikal, maka mungkin penurunan harga emas bisa mencapai 3-5% dalam waktu dekat. Sepertinya harga masih akan tertahan di bawah US$ 2.000/troy ons," sebut Samson Li, Analis Senior Logam Mulia Thomson Reuters GFMS, dalam risetnya.
Kabar baiknya, koreksi harga emas bisa menjadi pendorong untuk kembali mengoleksi aset ini. Saran ini juga berlaku buat bank sentral.
Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, menyebut saat ini cadangan emas di brankas Bank Indonesia (BI) nilainya adalah US$ 4,96 miliar atau 3,7% dari total cadangan devisa. Beratnya adalah sekitar 78,5 ton.
Namun cadangan emas BI nyaris tidak berubah selama beberapa dekade. Dengan cadangan devisa yang kini menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah, ada ruang yang cukup bagi BI untuk mengoleksi emas lebih banyak.
"Kami menilai ada ruang bagi BI untuk menaikkan kepemilikan emas secara bertahap menjadi 6-8% sebagai salah satu upaya diversifikasi portofolio dan bertahan dari risiko eksternal. Strategi ini telah ditempuh oleh Filipina, di mana pemerintah tidak menarik Pajak Penghasilan (PPh) untuk emas domestik yang dibeli oleh bank sentral. Saat ini kepemilikan emas oleh Bangko Sentral ng Pilipinas mencapai 11,4% dari cadangan devisa," ungkap Satria dalam risetnya.
Mengoleksi emas, lanjut Satria, juga dilakukan oleh sejumlah bank sentral negara berkembang seperti China, India, Rusia, dan Turki. Bagi Indonesia, pasokan emas domestik lebih dari cukup untuk mengisi lemari besi BI.
"Penjualan emas dari lima perusahaan utama lebih dari Rp 59,3 triliun tahun lalu. Utamanya dikontribusikan oleh PT Aneka Tambang (Rp 22,74 triliun) dan PT Freeport Indonesia (Rp 19 triliun)," tambah Satria.
Meski saat ini sedang turun, tetapi ke depan prospek emas masih cerah. Menurut Satria, tren kenaikan harga emas akan ditopang oleh pelonggaran moneter di berbagai negara yang membuat suku bunga bertahan rendah, percepatan laju inflasi seiring membanjirnya likuiditas ke perekonomian, dan penurunan belanja modal perusahaan produsen emas yang berarti pasokan bakal berkurang.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow! Harga Emas Dunia Diprediksi Tembus Rp 4,5 Juta/gram