Jokowi Patok Rupiah Rp 14.600/US$ di RAPBN 2021, Masuk Akal?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
16 August 2020 19:15
rupiah melemah terhadap Dollar
Foto: Ilustrasi dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Sepanjang tahun depan, arah pergerakan dolar AS masih belum pasti, karena bergantung pada banyak fakor, mulai dari prospek pemulihan ekonomi, kelanjutan program suntikan likuiditas Federal Reserve ke pasar, hingga pemilihan presiden.

Lembaga yang memprediksi dolar AS bakal menguat pada tahun depan di antaranya adalah HSBC. Bank tersebut memperkirakan greenback bakal menguat melawan euro dan poundsterling, meski melemah melawan dolar Kanada.

qSumber: HSBC

Namun demikian, Fitch Solutions justru memprediksi dolar AS dolar bakal tertekan seiring dengan banjir stimulus pemerintah AS dan suntikan likuiditas bank sentral mereka yang bakal memicu pemodal mencari aset investasi di luar negeri.

"Dolar AS akan terus melemah dalam beberapa kuartal ke depan, melanjutkan tren beberapa bulan terakhir meski ada beberapa risiko bakal berbalik menguat dalam jangka sangat pendek," tutur Fitch dalam laporan risetnya pada 13 Agustus.

Pelemahan dolar AS, lanjut lembaga riset tersebut, memperkuat pandangan bahwa harga komoditas akan menguat karena pergerakan greenback berkorelasi negatif dengan harga komoditas, terutama minyak.

Ketika dolar AS melemah, maka mata uang negara lain pun secara teknis seperti rupiah semestinya menguat. Namun, rupiah pada 2021 juga berpeluang tertekan oleh psikologi pasar yang mengkhawatirkan konsep berbagi beban (burden sharing) antara Kemenkeu dan BI.

Beberapa waktu lalu, rupiah melemah 2% (menjadi koreksi terburuk dalam 4 bulan), menyusul rapat dengar pendapat mengenai burden sharing antara BI dan Kemenkeu di DPR. Ketika skema tersebut resmi dijalankan, rupiah kembali melemah sebesar 1%.

Maklum saja, BI bakal membantu pendanaan pemerintah yang nilainya mencapai US$ 40 miliar, yang merupakan program pendampingan bank sentral ke ranah fiskal dengan nilai terbesar sepanjang sejarah republik ini dan bahkan terbesar di Asia Tenggara.

Oleh karena itu, asumsi rupiah 14.600 per dolar AS tersebut bisa dibilang masih berada di posisi pertengahan. Asumsi itu tidak terlalu pesimistis karena ada peluang dolar AS melemah, tetapi juga tidak terlalu optimists karena memang potensi tekanan rupiah masih terbuka di tengah defisit APBN yang masih tinggi di level 5,5% terhadap PDB.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular