
Biasanya Garang, Hari Ini Kurs Dolar Australia Cuma Naik 0,1%

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat tipis melawan rupiah pada perdagangan Rabu (12/8/2020), padahal dolar Amerika Serikat dan Singapura menguat cukup tajam. Biasanya dolar Australia yang menguat lebih tajam.
Pada pukul 13:08 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.453,4, dolar Australia menguat 0,1% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di saat yang sama dolar AS dan Singapura menguat 0,48% dan 0,44% melawan rupiah.
Di awal perdagangan hari ini, dolar Australia bahkan sempat melemah 0,36% ke Rp 10.404,02/AU$.
Penyebab dolar Australia kurang garang pada hari ini adalah data tenaga kerja Australia yang akan dirilis Kamis besok. Forecast di Forex Factory menunjukkan tingkat pengangguran Australia sebesar 7,8% di bulan Juli, naik dari bulan sebelumnya 7,4%.
Salah satu penyebab kenaikan tingkat pengangguran tersebut adalah serangan virus corona gelombang kedua yang menyerang Australia khususnya Negara Bagian Victoria.
Pada Minggu Minggu (2/8/2020) lalu Negara Bagian Victoria yang mendeklarasikan "state of disaster" atau keadaan (Covid-19).
Dengan status keadaan bencana, Kota Melbourne sebagai episentrum penyebaran Covid-19 diterapkan pembatasan tahap 4, sementara wilayah lainnya tahap 3.
Dalam pembatasan sosial tahap 4, akan diterapkan jam malam, kegiatan berolah raga di luar rumah dibatasi hanya 1 jam, dan hanya sejauh 5 km. Untuk berbelanja, hanya diperbolehkan satu orang per rumah tangga, juga dengan jarak maksimal 5 km. Sekolah akan kembali dilakukan dari rumah mulai 5 Agustus mendatang, dan acara pernikahan dilarang.
Pembatasan tersebut, akan berlangsung hingga 13 September mendatang.
Pembatasan tersebut juga membuat para pebisnis kembali pesimistis. Data yang dirilis National Australia Bank (NAB) hari ini menunjukkan indeks keyakinan bisnis -14 di bulan Juli, dari bulan sebelumnya sebesar 1. Angka indeks negatif berarti pada pebisnis pesimistis terhadap kondisi dunia usaha, sementara positif menunjukkan optimistis.
Di bulan Juni lalu, ketika angka indeks dirilis 1, merupakan kali pertama para pebisnis menunjukkan sikap optimistis dalam 7 bulan terakhir. Hal itu terjadi setelah Australia sukses meredam penyebaran virus corona. Sayangnya muncul serangan virus corona gelombang kedua, yang membuat para pebisnis kembali pesimistis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
