Banjir Likuiditas, Dolar Singgapura Menguat ke Rp 10.650

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 August 2020 11:56
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura berada dalam tren naik melawan rupiah sejak awal Juni. Pada perdagangan hari ini, Senin (10/8/2020) juga kembali menguat, mendekati lagi level tertinggi dalam 3 bulan terakhir.

Pada pukul 11:15 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.650,54, dolar Singapura menguat 0,28% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada hari Jumat, dolar Singapura menyentuh level Rp 10.696,04 yang merupakan level tertinggi sejak 30 April.

Pada 5 Juni lalu, dolar Singapura menutup perdagangan di level Rp 9.934,01/SG$ yang merupakan level terendah 3 bulan. Tetapi setelahnya, mata Uang Negeri Merlion ini terus menanjak, hingga Jumat lalu mencatat penguatan 6,91%. Melawan dolar Amerika Serikat, Sejak Maret dolar Singapura juga sudah menguat lebih dari 6%.

Salah satu pemicu penguatan dolar Singapura AS adalah kebijakan ultra longgar bank sentral di dunia yang menyebabkan banjir likuiditas sehingga arus modal masuk ke Negeri Merlion.

"Sebagian dari likuiditas tersebut masuk ke Singapura, sebabnya yield obligasi pemerintah Singapura masih lebih tinggi ketimbang obligasi (Treasury) AS" kata Eugene Leow, ahli strategi suku bunga di DBS, sebagaimana dilansir Straits Times.

Berdasarkan data Refinitiv, yield obligasi Singapura tenor 10 tahun berada di level 0,826%, sementara yield Treasury AS tenor yang sama di 0,5657%.

Yield Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia sebenarnya jauh lebih tinggi, 6,799%, tetapi karena Indonesia merupakan emerging market, tentunya dianggap lebih berisiko ketimbang Singapura.

Sebelumnya, Bank investasi ternama, Morgan Stanley juga mengatakan Singapura sebagai tempat aman (safe place) di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini.

"Kita bisa melihat inflow yang didukung oleh peningkatan persepsi Singapura sebagai safe place di saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan politik regional," tulis analis Morgan Stanley, Wilson Ng dan Derek Chang, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (29/6/2020).

Aliran modal besar masuk ke Singapura di tahun ini, bahkan tren tersebut sudah terjadi sejak tahun lalu. Di bulan April deposito non-residence dilaporkan meningkat 44% year-on-year (YoY) menjadi SG$62,14 miliar, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular