
Ekonomi AS Bangkit & CAD RI Membaik, Akankah IHSG Ceria?

Pada Rabu (5/8/2020) lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka output perekonomian atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia periode kuartal II-2020 terkontraksi -5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY).
"Terjadi kontraksi dalam, PDB Q1 kita sudah turun dalam meski year-on-year masih positif. Dan PDB kuartal II kontraksi negatif 5,32% (year-on-year)," kata kepala BPS, Suhariyanto.
Sementara dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ), PDB kuartal II-2020 ini mengalami kontraksi -4,19%.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi Tanah Air terkontraksi -4,53% YoY dan -2,89% QtQ. Untuk keseluruhan 2020
Dengan PDB -5,32% YoY di kuartal II-2020, artinya gerbang resesi sudah terbuka, dan Indonesia terancam memasukinya di kuartal III-2020.
Untuk diketahui, suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB tumbuh negatif 2 kuartal beruntun secara YoY, sementara jika negatif 2 kuartal beruntun secara QtQ disebut sebagai resesi teknikal.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Rabu sore mengatakan masih ada kemungkinan perekonomian Indonesia di kuartal III-2020 tumbuh negatif.
Kontraksi yang cukup dalam di kuartal II memperbesar risiko terjadinya resesi. Menurut Sri Mulyani, sektor-sektor penopang perekonomian yang pada kuartal II ini ikut terkontraksi dalam akan sulit pulih dengan mudah. Oleh karenanya, jika upaya pemerintah tidak maksimal maka Indonesia bisa masuk ke jurang resesi.
"Memang probabilitas negatif (di kuartal III) masih ada karena penurunan sektor tidak bisa secara cepat pulih," ujarnya melalui konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).
Jika di kuartal III nanti pertumbuhan ekonomi negatif lagi, maka Indonesia sah mengalami resesi.
Isu resesi tersebut juga masih akan berdampak pada pasar keuangan Indonesia pekan depan. Selain itu data transaksi berjalan (current account) Indonesia kuartal II-2020 akan menjadi perhatian.
Di kuartal I lalu, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) membaik. Defisit tercatat sebesar US$ 3,9 miliar setara dengan 1,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ini adalah catatan terendah sejak 2017.
CAD di kuartal II kemungkinan akan kembali membaik mengingat pada bulan Mei dan Juni neraca dagang Indonesia mengalami surplus.
BPS pada pertengahan Juli lalu melaporkan neraca perdagangan Indonesia bulan Juni mencatat surplus US$ 1,27 miliar. Angka ini didapat dari nilai ekspor US$ 12,03 miliar Naik 2,28% YoY Sementara impor US$ 10,76 miliar turun 6,36% YoY.
Sebulan sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia berhasil surplus US$ 2,09 miliar.
CAD yang membaik tentunya menjadi modal bagi rupiah untuk menguat, begitu juga dengan IHSG dan SBN.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]