Flash Back 2011, Harap Waspada Harga Emas Bisa Menukik Tajam

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 August 2020 16:12
A Thai shopkeeper talks to customer who sold gold necklace to the gold shop in Bangkok, Thailand, Thursday, April 16, 2020. With gold prices rising to a seven-year high, many Thais have been flocking to gold shops to trade in their necklaces, bracelets, rings and gold bars for cash, eager to earn profits during an economic downturn.(AP Photo/Sakchai Lalit)
Foto: Harga Emas Meroket di Thailand. IAP/Sakchai Lalit)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.072,49/troy ons pada perdagangan Jumat (9/8/2020) pagi, tetapi di penutupan perdagangan justru berakhir melemah 1,38% di US$ 2.304,62/troy ons.

Melihat pergerakan tersebut, memori tahun 2011 kembali muncul, saat emas dunia mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah, sebelum akhirnya dipecahkan di tahun ini.

Melansir data Refinitiv, pada 6 September 2011, emas mencetak rekor US$ 1.920,3/troy ons, tetapi di penutupan perdagangan berakhir melemah 1,57% di US$ 1.872,9/troy ons.

Apa yang terjadi setelahnya?

Harga emas dunia menukik tajam di sisa bulan September, kemudian bergerak sideways alias naik turun selama 1 tahun tetapi tidak pernah lagi melewati level US$ 1.800/troy ons. Hingga akhirnya emas dunia mulai dalam tren menurun sejak Oktober 2012.

Dalam tren penurunan tersebut, titik terendah yang dicapai yakni US$ 1.045,85/troy ons pada 3 Desember 2015.

Artinya, jika dilihat dari rekor tertinggi hingga ke level terendah tersebut, harga emas dunia ambrol 45,54% dalam tempo 4 tahun.

Kondisi perekonomian AS serta kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menjadi "aktor" utama dibalik pergerakan emas ke rekor tertinggi sepanjang masa, hingga akhirnya menukik "jatuh dari langit".

Di tahun 2008, Amerika Serikat mengalami resesi, yang memicu krisis finansial global. Guna membangkitkan perekonomian, The Fed memangkas suku bunga hingga 0,25%, dan menggelontorkan stimulus moneter dengan program pembelian aset (obligasi pemerintah dan surat berharga lainnya) atau yang dikenal dengan istilah quantitative easing (QE).

Saat itu, QE dilakukan dalam 3 periode. QE 1 dilakukan mulai November 2008, kemudian QE 2 mulai November 2010, dan QE 3 pada September 2012.
Emas dunia mencapai periode kejayaannya saat QE 2 berlangsung. Sementara masa kemerosotan dimulai tepat sebulan setelah QE 3 dimulai. Sebabnya, perekonomian Amerika Serikat yang mulai membaik, dan ada isu jika QE akan segera dihentikan dalam waktu dekat.

Pada pertengahan tahun 2013 The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke akhirnya mengeluarkan wacana untuk mengurangi (tapering) QE. Sah, masa kejayaan emas berakhir, baru sebatas wacana saja harga emas langsung merosot tajam.

Saat wacana tersebut muncul dolar AS menjadi begitu perkasa, hingga ada istilah "taper tantrum". Maklum saja, sejak diterapkan suku bunga rendah serta QE, nilai tukar dolar AS terus merosot. Sehingga saat muncul wacana pengurangan QE hingga akhirnya dihentikan dolar AS langsung mengamuk, "taper tantrum", mata uang lainnya dibuat rontok oleh the greenback. Penguatan dolar tersebut menambah pukulan bagi emas.

"Bahan bakar" emas untuk menguat, resesi, suku bunga rendah dan QE, serta pelemahan dolar AS satu per satu per satu mulai hilang. Perekonomian AS membaik, QE dihentikan pada pertengahan 2014, suku bunga dinaikkan pada Desember 2015, dan dolar AS menguat, emas pun terpukul hebat.

Situasi saat itu sangat mirip dengan tahun ini, AS resesi, The Fed menerapkan suku bunga rendah dan QE, dolar AS pun ambrol belakangan ini. Seandainya situasi mulai berbalik, maka patut beriap melihat harga emas menukik dari angkasa untuk kedua kalinya.

Satu hal yang membedakan kondisi 2008 dan 2020 adalah pemicu resesi saat ini adalah pandemi penyakit virus corona (Covid-19). AS sampai saat ini masih mengalami peningkatan kasus Covid-19, sehingga pemulihan ekonominya terancam berjalan dengan lambat. Oleh karena itu, nasib emas saat ini akan ditentukan si virus corona, apakah berhasil diredam, sehingga semua perlahan kembali normal, atau malah semakin mengganas yang dapat memicu resesi panjang.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Walah, Harga Emas Susah Tembus US$ 2.000 Lagi, Beli Gak ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular