Dow Futures Tertekan di Tengah Penantian Nasib Stimulus

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
06 August 2020 19:07
Trader Gregory Rowe, right, works on the floor of the New York Stock Exchange, Wednesday, Dec. 11, 2019. Stocks are opening mixed on Wall Street following news reports that US President Donald Trump might delay a tariff hike on Chinese goods set to go into effect this weekend. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak berjangka (futures) indeks saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (6/8/2020) tertekan, mengindikasikan aksi ambil untung pemodal setelah indeks Nasdaq menyentuh level psikologis 11.000.

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average turun 40 poin dan mengindikasikan indeks acuan bursa saham AS tersebut bakal melemah 80 poin pada pembukaan. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq juga melemah masing-masing sebesar 0,2% dan 0,1%.

Sektor keuangan dan industri menjadi kontributor utama penguatan kemarin, sehingga Dow Jones naik 1,39%, S&P 500 tumbuh 0,64% dan Nasdaq menguat 0,52%. Selama sepekan berjalan indeks acuan bursa AS ini menguat masing-masing sebesar 2,9%, 1,7% dan 2,3% menafikan data pembukaan lapangan kerja swasta yang ternyata jauh di bawah ekspektasi.

Data pengangguran bakal dirilis hari ini untuk memberi gambaran lebih utuh mengenai pasar tenaga kerja AS. Ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan ada 1,423 juta pekerja yang menganggur dan mengajukan klaim.

Jika estimasi itu terpenuhi, maka pasar tenaga kerja tidak banyak berubah dibandingkan periode sebelumnya (per 25 Juli) di mana ada 1,434 juta pengangguran baru. Bahkan, data itu memperpanjang rekor pengangguran mingguan di atas 1 juta orang, menjadi 19 pekan.

Pelaku pasar belum merespons pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa dia telah mendorong rencana menyediakan bantuan untuk pelaku usaha penerbangan.

"Kita tak ingin kehilangan maskapai kita. Jika mereka ingin itu, terlepas dari Republik atau Demokrat, saya pasti akan mendukung. Kita tak boleh kehilangan sistem transportasi kita," ujarnya sebagaimana dikutip CNBC International.

Pasar juga menunggu tanda kompromi politik terkait dengan stimulus di era pandemi. NBC News melaporkan bahwa Gedung Putih mengajukan anggaran bagi pengangguran untuk alokasi tunjangan US$ 400 per pekan. Angka ini lebih tinggi dari proposal awal mereka sebesar US$ 200 per pekan, dan mendekati proposal partai Demokrat yang ingin angka US$ 600 per pekan.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows juga mengusulkan perpanjangan moratorium penyitaan rumah milik debitor program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang disubsidi pemerintah dan cicilannya terhenti, menjadi Desember.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular