Analisis

Ada Bansos Tunai Rp 500 Ribu, Rupiah Siap Menguat Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 August 2020 08:55
Infografis, Perjalanan utang pemerintah
Foto: Infografis/Utang Pemerintah/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.520/US$ pada perdagangan Rabu kemarin, melanjutkan kinerja positif hari sebelumnya. Rupiah masih mampu menguat meski pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 5,32% year-on-year (YoY) di kuartal II-2020, menjadi yang terburuk sejak kuartal I-1999.

Kontraksi produk domestik bruto (PDB) tersebut sekaligus membuka pintu gerbang menuju resesi. Jika di kuartal III-2020 nanti PDB kembali berkontraksi alias negatif, Indonesia memasuki periode resesi.

Meski ekonomi Indonesia mengalami kontraksi, tapi rupiah masih mampu menguat. Penyebabnya, dolar AS kurang tenaga akibat Negeri Paman Sam diprediksi akan tertinggal dalam hal pemulihan ekonomi yang mengalami resesi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) ketimbang negara-negara Eropa.

Apalagi stimulus berupa bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi para korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebesar US$ 600/pekan sudah habis masa berlakunya pada akhir pekan lalu. Paket stimulus selanjutnya masih belum ada kejelasan, pembahasannya masih macet di Kongres (Parlemen) AS.

"Kegagalan mencapai kesepakatan paket stimulus telah menekan dolar AS. Jadi, jika mereka (Kongres AS) dalam beberapa hari ke depan, maka dolar AS akan rebound. Tapi, saya pikir dolar AS masih akan lemah di sisa tahun ini" kata Imre Speizer, analis mata uang di Westpac Auckland, sebagaimana dilansir CNBC International.

Prediksi tertinggalnya pemulihan ekonomi AS terlihat dari pasar tenaga kerjanya. Automatic Data Processing Inc. kemarin malam melaporkan sepanjang bulan Juli sektor swasta AS hanya menyerap 167 ribu tenaga kerja, jauh di bawah prediksi Wall Street 1 juta tenaga kerja, apalagi dibandingkan penyerapan bulan sebelumnya 4,3 juta.

Akibatnya, dolar AS belum mampu bangkit, indeks (DXY) yang mengukur kekuatan dolar AS kembali melemah Rabu kemarin, dan berada di dekat level terlemah 2 tahun.

Babak belurnya dolar AS tersebut menjadi peluang bagi rupiah untuk kembali menguat hari ini, Kamis (6/8/2020).

Di sisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal memberikan bantuan sosial bagi para pekerja yang bergaji di bawah Rp 5 juta.

Hal ini masuk ke dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang disampaikan langsung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Rabu (5/8/2020), sore saat pasar dalam negeri sudah tutup, sehingga baru akan direspon pagi ini. 

"Bansos tunai juga ditambahkan Rp 500 ribu dengan anggaran Rp 5 triliun. Dan bansos juga untuk gaji yang mereka berpendapatan di bawah Rp 5 juta yang targetnya bisa ke 13 juta orang dan anggarannya kira-kira Rp 31 triliun," paparnya.

Pemberian bansos tunai tersebut diharapkan mampu mendongkrak belanja konsumen sehingga dapat membangkitkan perekonomian. Maklum saja, konsumsi rumah tangga merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, pada kuartal II-2020 lalu kontribusinya ke PDB sebesar 57,85%.

Konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi 5,51% YoY di kuartal II lalu, yang akhirnya menjadikan PDB negatif, sehingga jika di kuartal III-2020 konsumsi rumah tangga tumbuh, peluang Indonesia lolos dari resesi semakin besar.

Secara teknikal, rupiah masih dalam fase konsolidasi sejak pekan lalu. Posisi penutupan rupiah pada perdagangan Senin (27/7/2020) tidak jauh dari posisi pembukaan perdagangan, serta pergerakan naik turun hari ini secara teknikal membentuk pola Doji jika dilihat menggunakan grafik Candlestick.

Suatu harga dikatakan membentuk pola Doji ketika level pembukaan dan penutupan perdagangan sama atau nyaris sama persis, setelah sebelumnya mengalami pergerakan naik dan turun dari level pembukaan tersebut.

Secara psikologis, pola Doji menunjukkan pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah pasar apakah akan menguat atau melemah. Pergerakan rupiah Selasa kemarin yang sempat melemah dan berakhir menguat tipis menjadi indikasi keraguan pasar.

Munculnya Doji menjadi indikasi suatu instrument akan memasuki fase konsolidasi.

Dalam kasus rupiah atau yang disimbolkan dengan USD/IDR, fase konsolidasi kemungkinan akan berada di rentang Rp 14.325/US$ sampai US$ 14.730/US$. Artinya, rupiah kecenderungannya akan bergerak bolak balik di antara level tersebut di pekan ini, bahkan ada kemungkinan sampai pekan depan.

Pada Selasa (4/8/2020) lalu, rupiah membentuk pola Doji Gravestone, dimana level pembukaan sama atau nyaris sama dengan penutupan, dan berada di low intraday. Secara psikologis, Gravestone Doji menunjukkan pelaku pasar yang menjual dolar AS sedang mendominasi pasar.

Rupiah pun akhirnya menguat kemarin, meski masih dalam rentang konsolidasi.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Indikator stochastic masih bergerak di dekat wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. Artinya ketika USD/IDR mencapai oversold, rupiah punya peluang berisiko berbalik melemah.

Artinya, jika belum mencapai oversold, rupiah punya peluang untuk menguat. Support terdekat berada di kisaran Rp 14.510/US, jika mampu dilewati rupiah berpeluang menuju Rp 14.450/US$.

Resisten terdekat berada di kisaran US$ 14.560/US$, jika dilewati rupiah berisiko melemah ke Rp 14.600/US$. Resisten berikutnya berada di Rp 14.660/US$.

Arah pergerakan selanjutnya akan ditentukan apakah rupiah mampu menembus batas bawah fase konsolidasi sehingga akan menguat lebih lanjut, atau sebaliknya batas atas Rp 14.730/US$ yang akan dilewati sehingga risiko pelemahan semakin membesar.

Batas atas tersebut juga merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Ke depannya, selama tidak menembus ke atas Fib. Retracement 61,8% tersebut rupiah masih berpeluang menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular