Sempat Rekor Tertinggi Sejak Maret, Harga Minyak Kini Melosot

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
05 August 2020 09:28
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif ditransaksikan melemah tipis pada pagi ini, Rabu (5/7/2020) setelah mencapai level tertingginya sejak 6 Maret 2020.

Pada 09.48 WIB, harga minyak acuan global Brent turun 0,18% ke US$ 44,35/barel dan untuk minyak acuan Amerika Seriat (AS) West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi 0,24% ke US$ 41,6/barel.

Pada perdagangan kemarin harga minyak mentah ditutup naik karena adanya harapan bahwa Amerika Serikat bakal membuat kemajuan pada paket stimulus ekonomi baru untuk meredam dampak pandemi terhadap kejatuhan lebih lanjut ekonomi Negeri Adikuasa.

Negosiasi antara kongres dari partai Demokrat dan Gedung Putih untuk putaran baru bantuan untuk masyarakat terdampak pandemi telah berada pada jalur yang benar, meskipun kedua belah pihak tetap berbeda pendapat kata seorang senat asal Demokrat kepada Reuters.

"Harga minyak berubah positif karena adanya harapan pada stimulus dan data ekonomi lain yang positif menunjukkan pemulihan manufaktur berlanjut pada Juni," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.

Di sisi lain berkurangnya stok minyak mentah AS juga menjadi sentimen yang bagus sehingga harga emas hitam terdongkrak. Data asosiasi industri (API) menunjukkan bahwa tok minyak mentah AS minggu lalu turun 8,6 juta barel. 

Namun terus melonjaknya kasus infeksi virus corona di AS membuat pasar kembali dipenuhi kecemasan. Lebih dari 1.000 orang meninggal dalam satu hari di AS dan puluhan negara bagian mulai kembali menarik mundur rencananya untuk membuka kembali ekonominya. 

Lonjakan kasus juga terjadi di negara lain. Kenaikan kasus harian hingga lima kali lipat membuat Presiden Filipina Rodrigo Duterte memutuskan untuk kembali menerapkan lockdown untuk wilayah Metro Manila. 

Pertambahan kasus yang terjadi jelas menghambat prospek pemulihan permintaan minyak sehingga wajar saja jika harga minyak tak bisa naik terlalu tinggi. Lagipula memasuki bulan Agustus organisasi negara-negara eksportir minyak dan koleganya  (OPEC+) mulai meningkatkan produksinya. 

OPEC+ dikabarkan bakal menambah pasokan ke pasar sebanyak 1,5 juta barel per hari (bpd) pada Agustus ini. Harga minyak yang sudah naik dan cenderung stabil juga memicu terjadinya peningkatan output dari para produsen di AS. 

Propek permintaan yang masih tidak pasti dan cenderung buram jika ditambah dengan kenaikan pasokan membuat harga minyak tertekan. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Drama Harga Minyak, Bagaimana Nasib RI?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular