Pantau Stimulus, Wall Street Dibuka Berayun ke Zona Merah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
04 August 2020 20:45
Trader Timothy Nick works in his booth on the floor of the New York Stock Exchange, Thursday, Jan. 9, 2020. Stocks are opening broadly higher on Wall Street as traders welcome news that China's top trade official will head to Washington next week to sign a preliminary trade deal with the U.S. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) berayun ke zona negatif pada pembukaan perdagangan Selasa (4/8/2020), di tengah aksi tunggu dan cermati (wait and see) pelaku pasar terhadap pembahasan stimulus pandemi.

Investor memonitor negosiasi paket stimulus yang baru. Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan bahwa pihaknya dan pihak Gedung Putih telah melangsungkan diskusi yang "produktif" pada Senin, meski ada beberapa isu yang masih mengganjal.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 11 poin (+0,04%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), tetapi 10 menit kemudian berbalik minus 40,74 poin (-0,15%) ke 26.623,66. Nasdaq tertekan 20,93 poin (-0,19%) ke 10.881,87 dan S&P 500 merosot 5,47 poin (-0,17%) ke 3,289,14.

"Kami terus menjalankan alurnya," ujar Pelosi, meski "masih ada beberapa perbedaan." Sejauh ini, kedua belah pihak telah sepakat mengenai dana lump sum senilai US$ 1.200 untuk penganggur tetapi masih belum sepakat mengenai nilai tunjangan pengangguran.

Gedung Putih ingin angka tunjangan pengangguran ditetapkan sebesar US$ 200 per pekan, sedangkan politisi partai Demokrat mengusulkan angkanya tetap seperti sebelumnya yakn di level US$ 600.

"Menurut hemat kami, Kongres akan mengumpulkan kekuatannya untuk mendorong stimulus jangka pendek," tutur Darrell Cronk, Presiden Wells Fargo Investment Management, dalam laporan risetnya, yang dikutip CNBC International.  Namun, lanjut dia, tantangan yang lebih besar muncul pada 2021 ketika efek stimulus tahun ini kian pudar.

Kemarin, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melesat 236,08 poin (0,9%) ke 26.664,4. Indeks Nasdaq menguat 1,5% ke level tertinggi sepanjang sejarah pada 10.902,8 dan S&P 500 naik 0,7% ke 3.294,61, atau tertinggi sejak 21 Februari (pra-pandemi).

Saham Microsoft dan Apple menjadi pemicunya, dengan melesat masing-masing sebesar 5,6% dan 2,5%. Indeks saham sektor teknologi sepanjang tahun berjalan menjadi pendorong bursa AS dengan meroket lebih dari 23%.

"Saham teknologi telah menarik perhatian karena kinerja total keuntungannya yang flamboyan, tetapi yang kurang disukai adalah sekonsisten apa mereka," tutur Jim Paulsen, Kepala Perencana Investasi Leuthold Group, dalam laporan risetnya yang dikutip CNBC International.

Sentimen di Wall Street juga menguat berkat rilis emiten farmasi Eli Lilly yang tengah memulai uji coba tahap ketiga untuk obat anti-corona. Obat berkode LY-CoV555 ini diyakini bisa mencegah penyebaran virus Covid-19 di kalangan tenaga medis.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular