Analisis Teknikal

Jet Lag Usai Libur Panjang, IHSG Kayaknya Bakal Merah

Tri Putra, CNBC Indonesia
03 August 2020 08:44
Ilustrasi Bursa, Pergerakan Layar IHSG di Gedung BEI Bursa Efek Indonesia  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa, Pergerakan Layar IHSG di Gedung BEI Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Rabu (29/7/2020) berpeluang masuk ke zona merah seiring dengan rilis data yang kurang ciamik ketika IHSG libur Jumat kemarin.

Pemerintah Jerman mengonfirmasi ekonomi Negeri Panzer ini mengalami resesi. Negara ini kembali mencatat kontraksi pada ekonominya di kuartal-II 2020.  Secara tahunan (YoY) ekonomi Jerman,  11,7% setelah sebelumnya di kuartal I 2020, ekonomi Jerman tercatat minus 2,3%.

Sementara itu ekonomi Amerika Serikat (AS) juga terkoreksi cukup dalam pada kuartal II-2020 yang menyebabkan AS resmi masuk ke jurang resesi.

PDB negeri Paman Sam tersebut anjlok negatif 32,9% pada periode April hingga Juni 2020 lalu. Pada kuartal I-2020 PDB AS juga telah terkontraksi minus 5%.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup di zona hijau pada perdagangan Jumat (31/7/2020) berkat lonjakan saham unggulan sektor teknologi terutama Amazon, Apple dan Facebook.

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 114,7 poin ( 0,4%) ke 26.428,32, Nasdaq melesat 157,5 poin ( 1,4%) ke 10.745,27 dan S&P 500 naik 24,9 poin ( 0,7%) ke 3.271,12. Sepanjang Juli, indeks S&P 500 telah naik 5,5%, sedangkan Dow Jones dan Nasdaq menguat masing-masing sebesar 2,3% dan 6,8%. 

Secara umum, investor juga masih belum yakin benar dengan prospek ekonomi AS sehingga mereka memburu emas sebagai aset minim risiko (safe haven). Harga kontrak berjangka logam mulia tersebut menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah pada Jumat di level US$ 2.005,4 per ounce.

Konsumen pun ragu dengan arah ekonomi. Indeks konsumen versi University of Michigan juga masih tertekan, menjadi 72,5 pada Juli atau turun dari posisi Juni  sebesar 78,1. Ini juga masih di bawah ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang menyebutkan angka 72,7.

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di dekat dengan area batas atas atau level resistance, maka pergerakan selanjutnya berpotensi turun.

Untuk merubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.157. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.108.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 69, sudah mendekati area jenuh jual, maka IHSG punya kecenderungan untuk turun.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di arearesistance, maka pergerakan selanjutnya cenderung untuk melemah. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang sudah mendekati area jenuh beli..

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular