Dolar AS "Ngamuk", Rupiah dkk Dibabat Habis

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 July 2020 14:02
A woman walks past a money exchange shop in Kuala Lumpur, Malaysia, August 25, 2015. REUTERS/Olivia Harris.
Foto: REUTERS/Olivia Harris

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (30/7/2020) setelah membukukan penguatan 7 hari beruntun. Dolar AS yang belakangan terus tertekan akhirnya "mengamuk" pada hari ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% di Rp 14.450/US$, tetapi tidak langsung masuk ke zona merah. Depresiasi rupiah terus membengkak hingga 0,55% ke Rp 14.550/US$, dan bertahan disana hingga pukul 12:00 WIB.

Semua mata uang utama Asia dibabat habis oleh dolar AS pada perdagangan hari ini, kecuali rupee India yang menguat tipis. Rupiah dengan pelemahan 0,55% menjadi yang terburuk di Asia hingga tengah hari.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 12:00 WIB.

Wajar jika rupiah melemah paling tajam saat ini, sebabnya sudah membukukan penguatan 7 hari beruntun sehingga memicu aksi ambil untung (profit taking). Pada periode tersebut, rupiah menguat 1,63%.

Bangkitnya dolar AS terlihat dari indeks-nya yang menguat 0,05% hari ini di 93,494. Kemarin indeks dolar AS kembali nyungsep hingga menyetuh level terendah sejak Juni 2018. Lama tertekan, tentunya membuat dolar AS "ngamuk" dan menguat akibat koreksi teknikal.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengindikasikan akan mempertahankan kebijakan ultra longgar dalam waktu yang cukup lama membuat dolar AS kembali merosot di perdagangan Rabu.

Sesuai prediksi banyak analis, Ketua The Fed, Jerome Powell mempertahankan suku bunga acuan 0 - 0,25%, dan kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE) selama diperlukan guna membangkitkan perekonomian AS.

Artinya, kebijakan tersebut akan ditahan cukup lama, mengingat perekonomian AS masih jauh dari kata bangkit. The Fed melihat perekonomian sudah mulai pulih, tetapi masih sangat jauh dari level sebelum virus corona menyerang dunia.

Pelaku pasar juga sedikit berhati-hari berinvestasi ke negara emerging market menjelang rilis data produk domestic bruto (PDB) AS yang akan menunjukkan seberapa dalam resesi yang akan dialami Paman Sam. Sehingga mata uang Asia tertekan pada hari ini.

Di kuartal I-2020, perekonomiannya mengalami kontraksi 5%, sementara di kuartal II-2020, hasil polling Forex Factory menunjukkan PDB diprediksi berkontraksi 34,5%, benar-benar nyungsep. Sehingga hanya keajaiban yang luar biasa yang bisa membuat AS lepas dari resesi di kuartal II-2020 ini. Data PDB AS akan dirilis mala ini pukul 19:30 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular