"Dunia Persilatan" Kejam, Rupiah Balik Jadi Terburuk di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 July 2020 13:02
[THUMB] Rupiah Sentuh 30.000
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berbalik melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (29/7/2020) siang hari, padahal di pembukaan perdagangan rupiah berada di zona hijau. Tidak sekedar di zona hijau, rupiah juga menjadi runner up terbaik Asia.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,21% di Rp 14.450/US$, sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat intraday hingga saat ini. Artinya, setelah mencapai level tersebut, rupiah memangkas pelemahan hingga akhirnya berbalik melemah 0,28% ke Rp 14.520/US$ pada pukul 12:00 WIB di pasar spot.

Dengan pelemahan tersebut, rupiah kini menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia. Kondisi berbalik, pagi tadi mayoritas mata uang Asia berada di zona merah kini malah di zona hijau.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia pagi tadi dan siang ini.

Hawa positif sebenarnya sedang menaungi rupiah. Kemarin, pemerintah melelang tujuh seri Surat Berharga Negara (SBN) dan penawaran yang masuk mencapai Rp 72,78 triliun. Lebih tinggi dibandingkan lelang SBN sebelumnya pada 14 Juli yang sebanyak Rp 61,16 triliun. Dari dua lelang tersebut, pemerintah mengambil masing-masing Rp 22 triliun.

Lelang kemarin yang kelebihan permintaan (oversubscribed) 3,6 kali tersebut menunjukkan minat investor terhadap SBN masih tinggi, artinya aliran modal berpeluang masuk ke dalam negeri yang menjadi penopang penguatan rupiah.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan harapan Indonesia terlepas dari resesi.

"Kalau penanganan (virus corona) efektif dan berjalan seiring dengan pembukaan aktivitas ekonomi, maka kondisi ekonomi bisa recover pada kuartal III-2020 dengan positive growth 0,4% dan pada kuartal IV akan akselerasi ke 3%. Kalau itu terjadi, maka pertumbuhan ekonomi kita secara keseluruhan tahun akan bisa tetap di zona positif," ungkap Sri Mulyani.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal akan minus di kuartal II-2020, sehingga jika kembali minus di kuartal III-2020, Indonesia akan resmi mengalami resesi.

Sejauh ini, tanda-tanda pemulihan ekonomi nasional sudah terlihat bahkan sejak bulan lalu. Pada Juni, ekspor Indonesia sudah tumbuh 2,28% YoY setelah tiga bulan beruntun mengalami kontraksi.

Kemudian Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada naik dari 77,8 pada Mei menjadi 83,8 pada Juni. Walau masih di bawah 100, pertanda bahwa konsumen kurang pede menghadapi kondisi ekonomi saat ini dan beberapa bulan ke depan, tetapi ada perbaikan.

Lalu ada Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur, yang menggambarkan optimisme dunia usaha. Pada Juni, PMI manufaktur Indonesia berada di 39,1, naik ketimbang Mei yang sebesar 28,6. Masih di bawah 50, berarti industriawan belum melakukan ekspansi, tetapi ada tanda pemulihan.

Meski dinaungi sentimen positif, tetapi rupiah gagal mempertahankan penguatan. Setelah menguat dalam 6 hari beruntun, aksi ambil untung (profit taking) pun melanda, dan rupiah terancam berakhir di zona merah hari ini.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular