
Pantesan Rupiah 'Sakti', Bekingnya Asing...

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan tren penguatan. Ternyata iming-iming imbalan investasi yang tinggi di pasar keuangan Tanah Air ampuh untuk membuat investor, terutama asing, berdatangan bak laron melihat lampu jalanan.
Pada Rabu (29/7/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.450 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup pasar spot dengan apresiasi 0,07% di hadapan dolar AS. Ini membuat rupiah menguat 1,36% dalam sepekan terakhir.
Meski sudah menguat begitu tajam, tetapi rupiah belum puas. Ditopang oleh derasnya arus modal asing, rupiah mampu untuk terus menanjak.
Saat ini investor tengah menantikan hasil rapat bulanan bank sental AS (The Federal Reserve/The Fed) yang rencananya diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. Mengutip CME FedWatch, kemungkinan suku bunga acuan AS bertahan di 0-0,25% adalah 100%. Tidak ada ruang sama sekali untuk perubahan.
Tren suku bunga rendah di Negeri Paman Sam berdampak ke pasar obligasi pemerintah. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di 0,579% pada pukul 07:14 WIB. Ini adalah yang terendah 21 April.
Kalau memperhitungkan suku bunga riil yang dikurangi inflasi, maka hasilnya lebih rendah lagi. Pada Juni 2020, inflasi AS secara tahunan adalah 0,6%. Berarti imbalan yang diterima investor adalah -0,02%. Bukannya cuan, berinvestasi di obligasi pemerintahan Presiden Donald Trump malah nombok.
Bandingkan dengan Indonesia. Yield Surat Berharga Negara (SBN) juga dalam tren turun, tetapi masih jauh lebih tinggi ketimbang US Treasury Bond. Dengan yield SBN tenor 10 tahun yang saat ini ada di 6,847%, berarti selisihnya mencapai 626,8 basis poin (bps). Luar biasa...
Jadi, tidak heran investor berbondong-bondong masuk ke pasar SBN. Kemarin, pemerintah melelang tujuh seri SBN dan penawaran yang masuk mencapai Rp 72,78 triliun. Lebih tinggi dibandingkan lelang SBN sebelumnya pada 14 Juli yang sebanyak Rp 61,16 triliun. Dari dua lelang tersebut, pemerintah mengambil masing-masing Rp 22 triliun.
Investor asing pun semakin rajin berburu SBN. Per 24 Juli, total kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 942,22 triliun. Ini menjadi rekor tertinggi sejak Februari.
Oleh karena itu, wajar saja rupiah akhir-akhir ini begitu 'sakti'. Arus modal asing yang sangat deras, terutama di pasar obligasi pemerintah, menjadi 'doping' yang cespleng untuk menjaga tren penguatan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
