
AS-China Berseteru, IHSG Hijau Tapi Agak Ragu

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan Senin (27/7/20) dibuka terbang 0,23% di level 5.093,47. Selang 5 menit IHSG masih hijau 0,27% ke level 5.096,61.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 10 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 563 miliar.
Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan jual bersih sebesar Rp 10 miliar dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 4 miliar.
Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan beli bersih sebesar Rp 2,3 miliar dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 3,6 miliar.
Sejalan dengan IHSG, bursa di kawasan Asia terpantau bervariatif, Hang Seng Index di Hong Kong naik 0,51%, Nikkei di Jepang turun 0,43%, sedangkan Indeks STI di Singapore naik 0,13%.
Dari bursa acuan dunia, Wall Street kompak ditutup anjlok parah pada penutupan Jumat kemarin dini hari Dow Jones terpaksa terdepresiasi 0,68%, S&P 200 turun 0,62%, dan Indeks Nasdaq terjungkal 0,94%.
Investor kecewa dengan kinerja para emiten di bursa saham New York. Intel, misalnya, memperkirakan pendapatan pada kuartal III-2020 sebesar US$ 18,2 miliar. Turun dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu US$ 19,73 miliar.
Para pelaku pasar di Negeri Paman Sam juga mencemaskan pandemi virus corona yang sepertinya menjadi tidak terkendali. Per 25 Juli, jumlah pasien positif corona tercatat 4.099.310 orang. Bertambah 74.818 orang (1,86%) dibandingkan hari sebelumnya.
Secara nominal, tambahan 74.818 orang pasien baru dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak AS mencatatkan kasus perdana virus corona pada 21 Januari. Semenara laju pertumbuhan 1,86% menjadi yang tercepat sejak 19 Juli.
"Kita semua harus melakukan langkah mitigasi. Pakai masker, jauhi kerumunan. Mungkin kita belum akan melihat jumlah pasien baru mengalami penurunan karena ada jarak antar-pelaporan. Namun kita semua harus berupaya membalikkan gelombang ini," tutur Brett Giroir, Asisten Menteri Kesehatan AS, dalam wawancara bersama Foz News Network, sebagaimana dikutip oleh Reuters.
Lonjakan kasus coona di Negeri Adidaya mengancam kelangsungan pemulihan ekonomi. Ada tendensi sejumlah aktivitas yang awalnya dibuka bakal ditutup lagi.
Selain itu friksi AS-China juga sedang panas-panasnya. Teranyar, konflik dua kekuatan ekonomi terbesar di Bumi ini terjadi dengan aksi saling tutup kantor konsulat jenderal.
Masih segar dalam ingatan apa yang terjadi terhadap perekonomian dunia kala AS-China berseteru. Perang dagang kedua negara tahun lalu membuat volume perdagangan dunia anjlok, karena AS dan China memegang peranan yang sangat penting bagi negara-negara lain.
Sepanjang 2019, volume perdagangan dunia yang tercermin dari Baltic Dry Index anjlok 23,87%. Pada 2018-2019, kala perang dagang AS-China sedang panas-panasnya, indeks ini ambrol 20,65%.
Kala itu, perang dagang AS-China sedang berkecamuk di mana kedua negara saling 'berbalas pantun' dengan pengenaan bea masuk.
Sepanjang perang dagang, AS mengenakan bea masuk kepada impor ribuan produk made in China senilai lebih dari US$ 360 miliar. China membalas dengan membebani impor produk made in the USA senilai lebih dari US$ 110 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000