Ketegangan Geopolitik & Pandemi Jadi Fokus Pasar ke Depan

Haryanto, CNBC Indonesia
26 July 2020 17:47
Infografis: Saling  balas serangan AS VS CHINA
Foto: Infografis/Saling balas serangan AS VS CHINA/Aristya Rahadian krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air sepekan ini cukup impresif ditopang oleh kabar seputar pengembangan vaksin Covid-19 dan juga efektifnya kebijakan helikopter uang.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sepekan ini menguat kendati tipis, dengan kenaikan yang sebesar 0,07% ke level 5.082,99 jika dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu di level 5.079,58.

Di sisi lain, pasar obligasi juga terapresiasi 1,94% selama sepekan yang terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi bertenor 10 tahun yang menjadi acuan (benchmark) di pasar. Imbal hasil surat utang seri FR0082 tersebut turun 13,4 basis poin (bps) menjadi 6,909%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Imbal hasil bergerak berkebalikan dari harga obligasi, sehingga penurunan imbal hasil tersebut mengindikasikan kenaikan harga.

Sementara pekan ini Mata Uang Garuda bangkit dari keterpurukannya, yang menguat sebesar 0,55% secara mingguan ke level Rp 14.540 per dolar AS, setelah pekan lalu melemah 1,8% ke Rp 14.620/US$.

Sentimen positif sepekan kemarin terjadi setelah kandidat vaksin corona dari China telah tiba di Indonesia dan sedang dalam uji klinis tahap ketiga oleh Bio Farma. Jika berjalan sesuai ekspektasi, PT Bio Farma akan memproduksi vaksin tersebut dengan kapasitas sebanyak 100 juta dosis per tahun.

Selain itu, pemerintah juga menggelontorkan stimulus sebanyak mungkin untuk mengangkat daya beli dan konsumsi masyarakat. Pendekatan Modern Money Theory atau Teori Moneter Modern tampaknya menjadi pilihan.

Setelah pekan yang ceria, pelaku pasar perlu bersiap menghadapi minggu yang baru. Dari dalam negeri, pemerintah akan merilis data perkembangan uang beredar untuk bulan Juni 2020 pada hari Kamis mendatang (30/7/2020).

Uang beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan penduduk).

Kewajiban yang menjadi komponen uang beredar terdiri dari uang kartal yang dipegang masyarakat (di luar Bank Umum dan BPR), uang giral, uang kuasi yang dimiliki oleh sektor swasta domestik, dan surat berharga selain saham yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.

Secara teori, jumlah uang beredar tidak signifikan terhadap inflasi maka kebijakan pemerintah berupa kebijakan moneter yang sifatnya dapat menambah jumlah uang beredar dapat dilaksanakan karena tidak berdampak terhadap laju inflasi.

Sementara data ekonomi yang akan dirilis dari mancanegara pada pekan depan yang menjadi penggerak pasar di antaranya yaitu pada Kamis depan, perkiraan awal PDB riil Q2 AS akan dirilis. Analis di CIBC menunjukkan laporan PDB tidak akan memiliki dampak signifikan pada pasar, karena fokusnya tetap pada ketegangan geopolitik dan pandemi Covid-19. Mereka memperkirakan PDB AS untuk kontraksi -35,9%.

"Penutupan ekonomi tampaknya telah menghasilkan penurunan PDB AS yang dahsyat di kuartal kedua . Komponen terbesar dari ekonomi, konsumsi, akan menjadi kontributor utama penurunan tersebut, menambah penurunan tajam dalam investasi bisnis, ekspor , dan investasi residensial. "

"Meskipun aktivitas meningkat pada bulan Mei dan Juni ketika negara-negara mulai membuka kembali dan merekrut kembali pasar tenaga kerja, itu jelas tidak memantul kembali, karena konsumen menjadi sangat berhati-hati terhadap kasus virus yang terus melonjak. Selain itu, beberapa industri akan membutuhkan jarak sosial untuk tetap di tempatnya sampai vaksin tersedia. "

"Pasar sudah mengharapkan laporan PDB suram dan kemungkinan akan tetap lebih peduli dengan kenaikan jumlah kasus virus corona dan ketegangan geopolitik."

Selain itu, Federal Reserve akan mengadakan pertemuan kebijakan moneter. Analis di MUFG Bank menunjukkan bahwa FOMC dapat memberikan petunjuk tentang apa yang akan terjadi. Mereka melihat bahwa sekarang adalah semua tentang bimbingan ke depan. Menurut mereka, hasil nyata akan merusak dolar AS lebih lanjut.

Pasar di Asia saat ini dalam keadaan siaga untuk memburuknya hubungan antara AS dan Cina. Ketegangan antara AS-China kembali muncul setelah AS meminta Beijing untuk menutup kantor konsulat diplomatiknya di Houston.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin sebelumnya mengingatkan akan ada balasan setimpal jika aksi itu tak dikoreksi. Hal ini cenderung membuat investor dan pelaku pasar menghindari aset berisiko (risk aversion).

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Friday the 13th, dari Rupiah hingga Emas Ambles!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular