Dolar AS Babak Belur, Rupiah Tembus ke Bawah Rp 14.500/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 July 2020 09:33
Ilustrasi Rupiah dan Dollar di teller Bank Mandiri, Jakarta, Senin (07/5). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah. Rupiah melemah 0,32 % dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Harga jual dolar AS di  bank Mandiri Rp. 14.043. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (24/7/2020) pagi hingga menembus ke bawah Rp 14.500/US$. Dolar AS yang sedang lesu rupiah melanjutkan kinerja positif dalam beberapa hari terakhir.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di level 14.500/US$, menguat 0,34% di pasar spot. Apresiasi rupiah semakin tajam hingga 0,62% ke Rp 14.460/US$ pada pukul 9:07 WIB. Sebelum hari ini, rupiah sudah membukukan penguatan 3 hari beruntun, dan menjadi yang terbaik di Asia dalam 2 hari terakhir.

Dolar AS sedang babak belur belakangan, dengan indeksnya kemarin berakhir di 94,692 yang merupakan level terendah sejak September 2018. Indeks dolar AS ini dibentuk dari 6 mata uang utama, dan kerap dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya. 

Amblesnya indeks dolar AS disebabkan oleh euro. Mata uang 19 negara ini belakangan terus melesat naik. Kala mata uang 19 negara ini menguat tajam, indeks dolar pun tertekan. Euro merupakan merupakan satu dari enam mata uang yang membentuk indeks dolar, bahkan kontribusinya paling besar yakni sebesar 57,6%.

Di pekan ini, pemerintah Eropa menyepakati stimulus fiskal senilai 750 miliar euro guna membangkitkan perekonomian yang merosot ke jurang resesi akibat pandemi penyakit virus corona. Kebijakan tersebut menimbulkan harapan akan kebangkitan ekonomi Benua Biru dan membuat kurs euro melesat naik.

Ketika harapan akan pemulihan ekonomi di Eropa membuncah, pelaku pasar justru pesimistis perekonomian AS akan segera bangkit. Sebabnya, penambahan kasus Covid-19 di Negeri Paman Sam yang terus meningkat.

Negara Bagian California bahkan kembali menerapkan kebijakan karantina (lockdown) guna meredam penyebaran virus corona. Sementara itu jumlah kasus Covid-19 di Eropa sudah melandai. Berdasarkan data Worldometers, jumlah kasus Covid-19 di AS saat mencapai 4,17 juta, dengan lebih dari 147 ribu orang meninggal.

Data terakhir dari AS menunjukkan perekonomian AS kembali mengalami kemunduran. Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan klaim tunjangan pengangguran bertambah sebanyak 1,416 juta orang pada pekan lalu, lebih tinggi dari penambahan pekan sebelumnya sebanyak 1,307 juta, dan menjadi yang tertinggi dalam 3 pekan terakhir.

Data tersebut sekan mengonfirmasi perekonomian AS akan membutuhkan waktu lebih lama untuk bangkit kembali ketimbang Eropa. Dolar AS pun lesu dan berhasil dimanfaatkan rupiah untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular