Tak Terbendung, Harga Emas Kian Dekati US$ 1.900/Troy Ons

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
24 July 2020 09:08
FILE PHOTO: An employee shows gold bullions at Degussa shop in Singapore June 16, 2017. REUTERS/Edgar Su/File Photo
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga logam mulia emas semakin bergerak mendekati level psikologis US$ 1.900/troy ons. Fundamental yang kuat berpotensi mendorong harga emas fisik (bullion) untuk mencetak rekor tertinggi barunya. 

Jumat (24/7/2020), pada 08.40 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.886/troy ons. Dalam sepekan terakhir harga emas telah menguat lebih dari 4% dan menjadi kenaikan mingguan tertinggi sejak 10 April 2020. 

Hubungan Washington-Beijing yang kembali tegang di tengah kemelut pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang belum usai membuat minat terhadap aset safe haven emas meningkat.

Alhasil harga emas pun naik 24% di sepanjang tahun ini. Kondisi ekonomi yang digambarkan memasuki periode resesi besar membuat pelaku pasar mencari perlindungan melalui emas. 

Di sisi lain penguatan harga emas juga dipicu oleh kebijakan bank sentral global terutama Federal Reserves (bank sentral Amerika Serikat/AS) yang ultra-akomodatif.

Pemangkasan suku bunga yang agresif hingga ke level nyaris nol persen dan injeksi likuiditas secara jor-joran untuk menyelamatkan ekonomi dari efek pandemi telah menimbulkan berbagai konsekuensi di pasar.

Tingkat suku bunga yang rendah dibarengi dengan inflasi yang jinak membuat suku bunga riil di AS sudah berada di teritori negatif. Banyaknya pasokan dolar AS tak hanya membuat greenback mengalami pelemahan tetapi juga membawa risiko lain yakni inflasi yang lebih tinggi. 

Emas sebagai aset lindung nilai (hedging) terhadap inflasi tentunya mendapat berkah. Pelemahan dolar AS yang dicirikan dengan penurunan indeks dolar membuat harga emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Di tengah ketidakpastian global yang sangat tinggi, orang cenderung ingin mengambil posisi di emas. 

"Lingkungan makro yang terus berkembang mendukung [harga] emas dengan indeks dolar yang melemah ke posisi terendah dalam dua tahun dan suku bunga riil negatif turun lebih lanjut," kata analis Standard Chartered Suki Cooper. 

"Ekspektasi stimulus lebih lanjut dan meningkatnya ketegangan geopolitik terus meningkatkan permintaan safe-haven," tambah Cooper, sebagaimana diwartakan Reuters.

Reuters melaporkan, senat Partai Republik AS berencana untuk mengusulkan putaran lain stimulus pembayaran langsung untuk warga Amerika Serikat yang terdampak pandemi Covid-19.

Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran secara tak terduga naik minggu lalu untuk pertama kalinya dalam hampir empat bulan terakhir. Hal ini menjadi salah satu indikator pasar tenaga kerja yang macet di tengah kenaikan kasus infeksi Covid-19 belakangan ini.

"Ini (data klaim pengangguran) memberi tahu Anda bahwa setidaknya di sini di Amerika Serikat, kita masih memiliki jalan panjang sebelum kita pulih," kata Edward Meir, analis di ED&F Man Capital Markets.

Permintaan safe-haven, aspek teknikal, indeks dolar AS yang lebih lemah, kenaikan harga minyak mentah, dan meningkatnya permintaan konsumen dari Cina dan mungkin India pada akhirnya memicu kenaikan harga logam mulia.

Harga emas yang terus menguat tanpa henti membuat para pelaku pasar optimis bahwa level tertinggi sepanjang sejarah yang pernah tercatat pada 2011 di US$ 1.920/troy ons bakal kembali ditembus. Harga emas bahkan berpotensi meroket ke US$ 2.000/troy ons untuk level terdekat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Sedang 'Mabuk', Harga Emas Ambil Momentum Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular