
Sedang On Fire! Waspada Kurs Dolar Australia Bisa Makin Mahal

Jakarta-CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia akhirnya melemah melawan rupiah pada perdagangan Kamis (23/7/2020), menjauhi Rp 10.500/AG$ yang merupakan level tertinggi sejak Desember 2018. Meski demikian, patut diwaspadai dolar Australia yang sedang on fire, sehingga berisiko lebih mahal lagi.
Pada pukul 10:37 WIB, dolar Australia melemah 0,54% ke Rp 10.386,58/AU$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, mata uang Negeri Kanguru juga melemah 0,16%, setelah sebelumnya mencapai Rp 10.507,27/SG$.
Pelemahan dolar Australia dalam 2 hari terakhir lebih karena aksi ambil untung (profit taking), maklum saja sejak Desember 2018, baru kali ini dolar Australia menyentuh lagi level Rp 10.500/AU$. Sepanjang bulan Juli hingga level tertinggi kemarin, dolar Australia sudah melesat 7,36%.
Salah satu pemicu penguatan tersebut yakni harga-harga komoditas yang diramal akan menguat akibat merosotnya nilai tukar dolar AS membuat dolar Australia semakin diuntungkan. Maklum saja, Australia merupakan salah satu negara pengekspor komoditas.
Harga komoditas dunia dibanderol dengan dolar AS, kala mata uang Paman Sam tersebut melemah, harganya menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan berpeluang meningkat. Kala permintaan meningkat, harga komoditas pun akan naik.
"Indeks dolar anjlok, sementara logam mulia menguat tajam, perak menguat sekitar 15% pekan ini, dan emas sekitar 3% dari rekor tertinggi sepanjang masa. Akibatnya mata uang yang terkait dengan komoditas seperti dolar Australia, real Brasil, krona Norwegia, krona Swedia, dan rand Afrika Selatan memimpin penguatan di pekan ini," kata Robin Wilkin, Global Cross Asset Strategist di LIoyd Bank, sebagaimana dilansir Poundsterling Live.
Selain itu, outlook dolar Australia terlihat cerah setelah bank sentral Australia (Reserve Bank Australia/RBA) yang tidak mempermasalahkan posisi nilai tukar dolar Australia.
Nilai tukar dolar Australia melawan dolar AS berada di atas 0,7/US$ dan berada di dekat level tertinggi 6 bulan. Gubernur Lowe saat berbicara kemarin mengatakan posisi nilai tukar dolar Australia sudah sesuai dengan fundamentalnya.
Dolar Australia menguat merespon pernyataan tersebut, bahkan masih tetap kuat meski Gubernur Lowe membuka peluang memangkas suku bunga menjadi 0,1%.
Nilai tukar dolar Australia dikatakan sesuai dengan fundamentalnya, artinya RBA tidak mengharapkan dolar Australia akan melemah untuk membantu perekonomian. Kala dolar Australia melemah, maka produk dari Negeri Kanguru akan lebih murah, sehingga ekspor berpotensi meningkat. Tetapi, sekali lagi RBA melihat nilai tukar dolar Australia saat ini sudah membantu pemulihan ekonomi, sehingga tak perlu lebih rendah lagi.
Ketika perekonomian Australia membaik, tentunya fundamental dolar Australia juga akan naik, dan nilainya juga berpeluang terkerek naik, termasuk melawan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
