Cetak Rekor 9 Tahun, Saatnya Beli Emas atau Tunggu Turun Nih?

Haryanto & Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 July 2020 06:30
FILE PHOTO: An employee sorts gold bars in the Austrian Gold and Silver Separating Plant 'Oegussa' in Vienna, Austria, December 15, 2017.  REUTERS/Leonhard Foeger/File Photo
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger

Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas dunia di pasar spot dan emas Antam pada perdagangan Selasa kemarin (21/7/2020) membukukan rekor baru yang terdorong oleh lonjakan infeksi Covid-19 dan harapan untuk stimulus lebih lanjut dari sejumlah bank sentral dunia, sehingga mendukung permintaan logam emas sebagai safe haven.

Harga emas dunia di pasar spot pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Indonesia) naik sebesar US$ 6,5 atau 0,36% ke level US$ 1.815,4/troy ons dari US$ 1.808,9/troy ons di Senin, melansir dari Refinitiv.

Harga emas pun empat melesat 1,78% ke US$ 1.841,01/troy ons tadi malam ini, sebelum terpangkas dan berada di level US$ 1.837,30/troy ons atau menguat 1,57% pada pukul 19:50 WIB Selasa malam (21/7/) di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Harga penutupan kemarin sekaligus menandai level tertinggi sepanjang masa US$ 1.920/troy ons yang dicapai pada September 2011.

Melansir Kitco News, Hans Albrecht, manager portofolio di Horizons ETF, bahkan mengatakan kebijakan stimulus moneter melalui program pembelian aset (quantitative easing/QE) dikatakan menjadi pemicu penguatan bursa saham, tetapi di sisi lain kebijakan tersebut menimbulkan risiko kenaikan inflasi dan penurunan nilai mata uang. Dua hal yang disebutkan terakhir tersebut menjadi pemicu investor memburu emas.

Albrecht memprediksi, harga emas akan mencapai US$ 2.000/troy ons di akhir tahun ini. Artinya emas akan mencetak sejarah baru, melesat rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920/troy ons yang dicapai pada September 2011 lalu.

"Dalam pandangan saya, harga emas punya peluang yang besar menuju US$ 2.000/troy ons di akhir tahun nanti, dan tahun depan akan jauh lebih tinggi" kata Albrecht sebagaimana dilansir Kitco News.

Secara teknikal, Tim Riset CNBC Indonesia sudah memberikan outlook bullish (tren naik) bagi emas sejak pertengahan tahun lalu, dan menargetkan emas mencapai rekor tertingginya lagi.

Dalam analis tersebut, dilihat dari grafik bulanan disebutkan jika emas mampu menembus US$ 1.800/troy ons, maka peluang mencapai rekor tertinggi akan semakin besar.

Emas saat ini sudah di atas level tersebut, dengan catatan tidak turun jauh lagi ke bawah US$ 1.800/troy ons, cuma masalah waktu logam mulia ini akan mencapai rekor tertinggi.

Sementara untuk short term atau jangka pendek, target kenaikan ke US$ 1.846/troy ons setelah berhasil melewati pola Rectangle.

Adapun untuk harga emas Antam pada hari ini naik Rp 7.000 ke Rp 905.120/gram. Penguatan harga emas Antam kemarin juga mendekati rekor sepanjang tahun 2020 ini yang dicapai pada 7 April 2020 lalu ketika berada di level Rp 914.000/gram. Namun, merupakan harga tertinggi baru sejak 13 April 2020 saat berada di Rp 903.000/gram.

Emas semakin bersinar dalam beberapa minggu terakhir bahkan di sepanjang tahun ini. Kenaikan harga emas tersebut dipicu oleh risiko ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi virus corona (Covid-19) yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China yang menyebar ke seluruh negeri.

Ketika aktivitas ekonomi terganggu maka berujung pada jurang resesi, yaitu pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi dalam kurun dua kuartal berturut, membuat investor mencari perlindungan ke aset-aset aman atau safe haven.

Investasi emas yang dianggap sebagai lindung nilai (hedging) di saat ketidakpastian ekonomi akibat pandemi virus corona, menunjukkan bahwa instrumen yang satu ini merupakan aset safe haven yang paling dicari ketika situasi ekonomi berada di jurang resesi.

Lalu bagaimana dengan pelaku pasar atau investor yang ingin membeli emas di level saat ini?

Simak analisis teknikal di bawah ini.

 

Emas DuniaFoto: Revinitif
Emas Dunia

Analisis Teknikal

Pergerakan harga emas dengan menggunakan periode Harian (Dailly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Saat ini, emas berada di area resistance, dengan garis BB yang semakin melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung masih naik lebih lanjut untuk jangka menengah.

Untuk melanjutkan kenaikan, perlu melewati level resistance selanjutnya yang berada di area US$ 1.827/oz hingga area US$ 1.850/oz.

Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area US$ 1.800/oz hingga area US$ 1.750/oz.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang mencoba berpotongan ke bawah dari wilayah positif, maka kemungkinan pergerakan emas bisa terkoreksi. Batang hologram pun sudah berada di wilayah negatif.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 67, dengan garis yang bergerak naik, maka emas masih berpeluang menguat lebih lanjut. Namun, RSI yang sudah mendekati area overbought maka kenaikan akan menjadi terbatas atau bisa terkonsolidasi untuk jangka pendek.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area resistance dengan garis yang semakin melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung masih menguat.

Namun penguatan akan menjadi terbatas yang terkonfirmasi dengan MACD yang mencoba berpotongan ke bawah dan juga RSI yang mendekati area overbought.

Sementara itu, untuk jangka pendek harga emas berpotensi untuk konsolidasi atau terkoreksi untuk membentuk pijakan baru. Namun, untuk jangka panjang selama harga emas tidak berada di bawah area US$ 1.750 dan tidak menembus level US$ 1.675 yang mengindikasikan perubahan tren emas akan terus bergerak naik.

Level emas perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

Rekomendasi saat ini, untuk jangka pendek yang cenderung koreksi atau konsolidasi maka perlu menahan atau hold pembelian hingga menemukan pijakan baru di level US$ 1.750 hingga US$ 1.800.

Sedangkan untuk jangka panjang jika beli di harga saat ini yaitu di kisaran US$ 1.815 ada risiko kerugian sekitar US$ 15 untuk menyentuh level kunci di area US$ 1.800 atau setara dengan Rp 22.500.000 (asumsi kurs rupiah Rp 15.000/US$).

Sebagai informasi dalam perdagangan online trading forex 1 US$ emas setara dengan US$ 100 atau 1 pips ekuivalen dengan US$ 10. Jika terjadi profit loss sebesar US$ 15 maka sama dengan 1.500 pips. Misalnya US$ 1.815,00 dikurangi US$ 1.800,00 sama dengan 1.500 pips atau US$ 15.

Namun, keuntungan yang didapatkan untuk jangka panjang lebih besar dibandingkan risiko kerugian. Misalkan, beli di harga US$ 1.815 likuidasi di harga resistance US$ 1.850 atau US$ 1.900, maka profit yang di dapat sekitar US$ 35 - US$ 85 atau setara dengan Rp 52.500.000.

Mengacu aturan di pasar,satu troy ons setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 1.900/troy ons dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 61,09 per gram.

Dengan asumsi kurs rupiah Rp 15.000/US$, maka untuk harga emas Antam berada di Rp 916.350/gram. Namun perlu diperhatikan harga ini belum termasuk produksi cetak yang diproduksi oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan juga faktor lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Redup, Emas Berkilau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular