Kurs Dolar Singapura Akhirnya Turun, tapi Tipis di Rp 10.570

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 July 2020 11:51
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah tipis melawan rupiah pada perdagangan Selasa (21/7/2020) pagi, setelah menyentuh level tertinggi dalam 1,5 bulan terakhir. Kabar baik dari vaksin virus corona membuat rupiah akhirnya kuat lagi.

Pada pukul 11:08 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.570,98, dolar Singapura melemah 0,17% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, mata uang Negeri Merlion ini sempat menyentuh level 10.662,93 yang merupakan level tertinggi sejak 5 Mei.

Kabar bagus datang dari hasil uji coba vaksin corona yang membuat pelaku pasar ceria. Kala sentimen pelaku pasar membaik, aliran modal akan kembali masuk ke Indonesia, yang membuat rupiah perkasa.

Hasil uji coba awal terhadap tiga kandidat vaksin corona menunjukkan hasil yang positif.

Vaksin pertama adalah yang diproduksi oleh AstraZaneca bekerja sama dengan Oxford University. Hasil uji coba menunjukkan bahwa imun tubuh responden bekerja dengan baik tanpa efek samping yang signifikan.

Kedua adalah vaksin buatan CanSiono Biologics dan divisi riset militer China. Dari 508 orang relawan yang diuji coba, sebagian besar membuahkan hasil positif. Imun tubuh meningkat dan tidak ada efek samping yang berlebihan.

Ketiga adalah kolaborasi BioNTech dan Pfizer yang melakukan uji coba terhadap vaksin yang menggunakan Ribonucleic Acid (RNA). Vaksin mendorong sel untuk membuat protein yang menyerupai bentuk luar virus corona. Kemudian materi ini akan dianggap sebagai benda asing yang kemudian ditangkal oleh sistem imun sehingga akan ampuh untuk menghadapi virus yang sesungguhnya.

"Pekan ini, ada kabar gembira karena vaksin memberi harapan. Optimisme pelaku pasar meningkat," sebut Felicity Emmet dari ANZ Research, seperti dikutip dari Reuters.

Meski demikian, risiko resesi di Indonesia membuat investor sedikit berhati-hati, sehingga penguatan rupiah masih tertahan.

Sejauh ini Indonesia memang belum mengalami kontraksi, tetapi ancaman tersebut semakin membesar.

Pada Kamis (16/7/2020) Bank Dunia merilis laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020. Laporan itu diberi judul The Long Road to Recovery.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular