Hantu Resesi Bikin Penguatan Harga Emas Tak Tertahan

Haryanto, CNBC Indonesia
20 July 2020 14:58
Gold bars are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas semakin kinclong dalam beberapa minggu terakhir. Sepekan kemarin emas dunia di pasar spot bahkan membukukan kenaikan yang sebesar US$ 10,59 atau 0,59% ke level US$ 1.808,9/troy ons. Ini merupakan penguatan enam minggu berturut.

Kenaikan harga emas tersebut dipicu oleh risiko ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi virus corona (Covid-19) yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China yang menyebar ke seluruh negeri.

Sudah lebih dari satu semester merebak, wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) tak juga menunjukkan tanda-tanda melandai, malah semakin mewabah. Jumlah penderita Covid-19 secara global telah mencapai 14 juta orang lebih, dengan angka kematian menembus 600 ribu jiwa.

Pandemi Covid-19 ini telah memicu pembatasan wilayah atau lockdown di seluruh negara guna memitigasi penyebaran, sehingga berdampak pada terhentinya roda perekonomian global. Pada gilirannya, mengurangi prospek untuk pemulihan ekonomi berbentuk V dan berdampak pada sentimen risiko global.

Harga logam mulia emas dunia memang tengah diuntungkan oleh pandemi virus corona karena dampaknya terhadap ekonomi dunia ke dalam resesi.

Menurut pembaruan terbaru dari Fitch Ratings, eskalasi krisis virus corona diperkirakan akan memicu resesi global yang dalam dan penurunan PDB tahun ini kemungkinan akan setara dengan krisis keuangan global.

Fitch memperkirakan aktivitas ekonomi dunia akan turun 1,9% pada tahun 2020. Ia memperkirakan PDB AS turun 3,3%, kawasan euro 4,2%, dan Inggris turun 3,9% tahun ini.

Ketika aktivitas ekonomi terganggu maka berujung pada jurang resesi, yaitu pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi dalam kurun dua kuartal berturut, membuat investor mencari perlindungan ke aset-aset aman atau safe haven.

Investasi emas yang dianggap sebagai lindung nilai (hedging) di saat ketidakpastian ekonomi akibat pandemi virus corona, menunjukkan bahwa instrumen yang satu ini merupakan aset safe haven yang paling dicari ketika situasi ekonomi berada di jurang resesi.

Oleh karena itu, banyak analis yang memprediksi harga emas akan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa yang terlihat sejak sembilan tahun silam. Ada yang memprediksi emas akan mencapai US$ 2.000/troy ons hingga US$ 3.000/troy.

Dengan kondisi saat ini, WingCapital memprediksi harga emas diprediksi akan mencapai US$ 3.000/troy ons, tapi dalam 3 tahun ke depan.

Sementara itu Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi emas akan mencetak rekor tertinggi pada tahun depan, dan jangka panjang emas akan mencapai US$ 4.000/troy ons.

Ramalan paling ekstrim datang dari Dan Olivier, pendiri Myrmikan Capita, yang memprediksi emas akan mencapai US$ 10.000/troy ons. Sayangnya, Olivier tidak menyebutkan dalam rentang waktu berada lama emas akan mencapai level tersebut.

Lalu bagaimana dengan pergerakan harga emas di saat resesi yang terjadi pada tahun 2008 silam?

Sementara pada 2008 sejak krisis keuangan global terjadi harga emas dunia pun melonjak US$ 217 atau 24,72% menjadi US$ 1.095/troy ons pada 31 Desember 2009 dari harga 31 Desember 2008 di US$ 878/troy ons.

Sama seperti halnya krisis keuangan 2008 yang mengangkat harga emas dunia, pada tahun ini dan ke depan, diperkirakan harga emas dunia bisa melonjak ke atas level US$ 2.000/troy ons sesuai proyeksi para analis.

Sebagai informasi harga emas dunia sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada September 2011 di level US$ 1.920/troy ons. Penguatan harga emas seiring dengan krisis ekonomi 2008 (kasus kebangkrutan Lehman Brotehrs) dan sejak saat itu harga emas terus melambung.

Mengacu pergerakan emas dari harga terendah sejak krisis 2008 yang berada di level US$ 681/troy ons pada Oktober 2008, emas telah naik signifikan sebesar 30,70% ke level tertinggi di bulan Desember 2008 pada US$ 890/troy ons.

Di semester pertama 2009, lagi-lagi harga emas menguat 13,03% ke level tertinggi di semester tersebut pada US$ 1.006 dari level tertinggi Desember 2008. Sementara di semester kedua 2009 emas melonjak 21,87% dari level tertinggi semester I 2009 menjadi US$ 1.226/troy ons.

Sejak saat itu, emas terus meroket. Sampai puncak 3 tahun kemudian di semester kedua 2011 yang berada di level US$ 1.920/troy ons dengan kenaikan yang fantastis sebesar 115,73% dari level terendah Oktober 2008.

 

Emas DuniaFoto: Revinitif
Emas Dunia

 

Hal ini juga terlihat dari krisis Covid-19, secara tahun berjalan (year to date/YTD) harga emas dunia di pasar spot melesat sebesar US$ 279 atau 18,25% ke level US$ 1.808/troy ons hingga hari Senin ini (20/7/2020) dari US$ 1.529/troy ons pada akhir Desember 2019.

Sementara stimulus jumbo yang diberikan bank sentral maupun pemerintahan secara global juga turut menjadi pendukung harga emas untuk menguat lantaran adanya ancaman inflasi yang nyata ke depannya. Emas sebagai aset lindung nilai (hedge) jadi kebanjiran permintaan ketika ada ancaman inflasi yang tinggi dan penurunan nilai tukar.

Sentimen-sentimen di atas tersebutlah yang membuat prospek investasi emas semakin digemari, sehingga seiring meningkatnya permintaan maka, harga emas akan terus melambung dan bahkan mencatatkan rekor baru di tahun 2020 ini atau dalam kurun 3 tahun ke depan.

Mengacu aturan di pasar,satu troy ons setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 4.000/troy ons yang diproyeksikan Ole Hansen dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 128,62 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 15.000/US$, maka prediksi harga emas berada di Rp 1.929.300/gram atau nyaris 2 juta rupiah.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Corona Bikin Cemas, Sepekan Harga Emas Dunia Drop 1,4%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular