Risiko Resesi Meningkat, Rupiah Mata Uang Terburuk di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 July 2020 16:00
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (17/7/2020), bahkan sempat mendekati level Rp 14.700/US$. Meningkatnya risiko resesi di Indonesia memberikan tekanan bagi rupiah.

Rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.560/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Depresiasi rupiah terus berlanjut hingga 0,69% di Rp 14.660/US$ di pasar spot, melansir data Refintiv. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 29 Mei lalu.

Di akhir perdagangan, rupiah berhasil memangkas pelemahan menjadi 0,41% di Rp 14.620/US$. Dengan pelemahan tersebut, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia.

Mata uang utama Benua Biru bergerak bervariasi pada hari ini, hingga pukul 15:17 WIB, rupee India menjadi mata uang terbaik dengan penguatan 0,23%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Kemarin, rupiah mampu menguat 0,1% setelah Bank Indonesia (BI) memberikan indikasi tidak akan memangkas suku bunga acuan lagi.

Gubernur Perry saat ditanya peluang suku bunga kembali diturunkan memberikan pernyataan berbeda. Pada RDG bulan lalu, Perry mengatakan masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga, tetapi kali ini ia menyebut tergantung dari data-data ekonomi.

"Bagaimana kebijakan suku bunga ke depan, akan kita lihat bagaimana pola pemulihan ekonomi dan dampaknya ke inflasi. Masa-masa pandemi Covid-19 kita harus sering cermati data terbaru untuk merespon suku bunga" kata perry.

Selain itu, Perry menekankan dalam kondisi saat ini pemulihan ekonomi lebih efektif melalui jalur kuantitas, yaitu bagaimana dari aspek likuditas dan pendaan, seperti quantitative easing yang sudah dilakukan BI.

Pernyataan tersebut memberikan gambaran BI mungkin tidak akan menurunkan suku bunga lagi di tahun ini. Rupiah pun punya peluang kembali melanjutkan penguatan.

Tetapi, nyatanya rupiah malah melemah hingga pertengahan perdagangan hari ini. Sebabnya, kemarin sore Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memperpanjang PSBB transisi selama 14 hari, akibat penyebaran kasus penyakit virus corona yang masih cukup tinggi. PSSB transisi yang terus diperpanjang tersebut berisiko membuat pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lebih lambat dan lama.

Di hari yang sama dengan pengumuman perpanjangan PSBB transisi tersebut, Bank Dunia merilis laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020. Laporan itu diberi judul The Long Road to Recovery atau jalan jalan menuju pemulihan.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0%. Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Bank Dunia.

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sebelumnya memperkirakan ekonomi April-Juni akan terkontraksi dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%.

Sementara PDB kuartal III-2020 diramal di kisaran -1% sampai 1,2%. Itu artinya memang ada risiko Indonesia mengalami resesi di kuartal III-2020 nanti.

Juli merupakan awal kuartal III-2020, jika PSBB transisi terus berlanjut, artinya masih belum semua sektor ekonomi yang dibuka, maka ada risiko pertumbuhan ekonomi minus. Maklum saja, DKI Jakarta berokontribusi sebesar 29% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional di tahun 2019.

Sehingga jika PDB minus lagi di kuartal III-2020, maka Indonesia akan resmi mengalami resesi, mengingat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 diproyeksikan mengalami kontraksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular