Singapura Bangkit dari Resesi? Dolarnya Tembus Rp 10.500!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 July 2020 10:37
Singapore currency notes are seen through a magnifying glass among other currencies in this photo illustration taken in Singapore April 12, 2013. REUTERS/Edgar Su
Foto: REUTERS/Edgar Su

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (17/7/2020) pagi, hingga menembus Rp 10.500/SG$. Singapura yang memberikan sinyal bangkit dari resesi membuat mata uangnya melesat.

Pada pukul 9:35 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.524,43, dolar Singapura melesat 0,68% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 12 Mei 2020.

Data dari Singapura pagi ini menunjukkan ekspor non-minyak di bulan Juni tumbuh tinggi 16,1% year-on-year (YoY), lebih tinggi dari konsensus di Trading Economics sebesar 6,2% setelah mengalami kontraksi 4,6% YoY di bulan sebelumnya.

Sementara secara bulanan atau month-on-month (MoM) ekspor tumbuh 0,5%, mematahkan konsensus penurunan 2,2% MoM, dan menjadi kenaikan pertama dalam 3 bulan terakhir.

Ekspor merupakan tulang punggung perekonomian Negeri Merlion. Pada 2019, rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura adalah 104,91%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia.

Sehingga ketika ekspornya menunjukkan pertumbuhan, itu bisa menjadi sinyal kebangkitan ekonomi yang sudah masuk jurang resesi. Tentunya dengan catatan, pertumbuhan ekspor tersebut bisa berkelanjutan.

Pemerintah Singapura pada hari Selasa melaporkan perekonomian mengalami kontraksi di kuartal II-2020. Tidak tanggung-tanggung produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2020 minus 41,2% quarter-to-quarter (QtQ) setelah minus 3,3% di kuartal I-2020. Kontraksi pada periode April-Juni tersebut lebih buruk dari konsensus di Trading Economic sebesar -37,4%.

Sementara secara tahunan PDB minus 12,6% YoY, juga lebih buruk dari konsensus minus 10,5% YoY. Tidak hanya lebih buruk dari konsensus, PDB tersebut juga terburuk sepanjang sejarah Negeri Merlion. Di kuartal I-2020, PDB mengalami kontraksi tipis -0,3% YoY.

Sehingga, Singapura sah mengalami resesi. Terakhir kali Singapura mengalami resesi pada tahun 2008 saat krisis finansial global.

Di sisi lain, rupiah sedang tertekan setelah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kemarin memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi selama 14 hari, akibat penyebaran kasus penyakit virus corona yang masih cukup tinggi. PSSB transisi yang terus diperpanjang tersebut berisiko membuat pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lebih lambat dan lama.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular