
Rupiah Cicipi 14.600/US$ Lagi, Besok Sepertinya Akan Dilewati

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah melemah tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (15/7/2020). Bank Indonesia (BI) yang diprediksi akan memangkas suku bunga acuan 7 Day Reserve Repo Rate Kamis besok memberikan tekanan bagi rupiah.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.375/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah.
Depresiasi semakin membengkak hingga 1,57% ke Rp 14.600/US$ yang menjadi level terlemah intraday. Untuk pertama kalinya rupiah menyentuh level Rp 14.600/US$ sejak 29 Mei lalu.
Di akhir perdagangan, rupiah berada di level Rp 14.575/US$, melemah 1,39% di pasar spot.
Hasil survei Reuters menunjukkan 14 dari 26 ekonom memprediksi BI akan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 4%.
"BI memiliki ruang yang cukup besar untuk memangkas suku bunga 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps," kata Anthony Kevin, ekonom di Mirae Asset Indonesia, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (15/7/2020).
"BI baru memangkas suku bunga sebesar 75 bps, jauh di bawah The Fed 150 bps, juga jauh di bawah bank sentral lainnya," tambahnya.
Penurunan suku bunga dapat membantu perekonomian berputar lebih cepat dan segera bangkit dari kemerosotan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Sehingga saat BI memangkas suku bunga, rupiah cenderung menguat,
Tetapi kali ini tidak seperti biasanya, peluang pemangkasan suku bunga oleh BI direspon negatif oleh pasar. Sebabnya, saat suku bunga dipangkas, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tentunya juga akan menurun. Sehingga daya tarik investasi menjadi menurun, aliran modal ke dalam negeri berisiko seret, rupiah pun kehabisan "bensin".
Akibatnya, rupiah menjadi mata uang terburuk dibandingkan mata uang utama Asia lainnya. Tidak hanya yang terburuk, rupiah juga melemah sendirian di Asia.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning hingga pukul 15:10 WIB.
Dari dalam negeri, sebenarnya ada sentimen positif hari ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Juni 2020, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus US$ 1,27 miliar. Angka ini didapat dari nilai ekspor US$ 12,03 miliar Naik 2,28% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Sementara impor US$ 10,76 miliar turun 6,36% YoY.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Juni 2020 surplus US$ 1,1 miliar., dengan ekspor mengalami kontraksi -7,765% YoY dan impor -16,455% YoY
Sebulan sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia berhasil surplus US$ 2,09 miliar. Ini menjadi yang tertinggi sejak Februari.
Sayangnya data tersebut belum mampu mendongkrak kinerja rupiah.
