Analisis Teknikal

Sesi II IHSG Masih Rawan koreksi, Ini Faktor Pemicunya

Haryanto, CNBC Indonesia
10 July 2020 13:27
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini, Jumat (10/7/2020) berfluktuasi antara keuntungan dan kerugian sempat menguat di awal, tapi berakhir di teritori negatif dengan penurunan 0,07% ke level 5.049,03.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 10,9 miliar di semua pasar dengan nilai transaksi mencapai Rp 3,49 triliun. Sementara volume transaksi tercatat 5,27 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 384.651 kali transaksi.

Saham-saham yang mengalami penurunan di antaranya saham PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) (-6,82%), PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) (-5,04%), PT Ciputra Development Tbk (CTRA) (-3,70%), sedangkan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) (-3,25%) dan PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) (-3,06%).

Sentimen negatif yang menerpa bursa hari ini terutama berasal dari luar negeri, yakni pemberlakuan kembali karantina wilayah (lockdown) di beberapa kota di negara maju, seperti misalnya Melbourne Australia.

Terlebih setelah WHO mengakui bahwa kian banyak bermunculan bukti bahwa virus corona bisa menular melalui udara (airborne), setelah 200 ilmuwan mengingatkan temuan mereka tersebut kepada lembaga kesehatan dunia itu agar merevisi panduan pengendalian Covid-19.

Koreksi IHSG juga seiring dengan penurunan bursa saham Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 361,19 poin atau 1,39% pada 25.706,09, S&P 500 turun 17,89 poin atau 0,56% menjadi 3.152,05, sementara Indeks komposit Nasdaq melonjak 55,25 poin atau 0,53% menjadi 10.547,75.

DJIA turun tajam pada hari Kamis, menghapus kenaikannya untuk minggu ini, di tengah kekhawatiran baru terhadap coronavirus dan dampaknya terhadap ekonomi. Di seluruh wilayah negara bagian AS lonjakan kasus terus berlanjut, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan pembatasan aktivitas kembali dan meredupkan prospek untuk pemulihan ekonomi yang cepat.

Kekhawatiran tentang infeksi coronavirus di Negeri Paman Sam itu naik setelah lebih dari 60.000 kasus Covid-19 baru dilaporkan pada hari Rabu, peningkatan terbesar yang pernah dilaporkan oleh suatu negara dalam satu hari. Sementara Florida melaporkan peningkatan rekor rawat inap.

Sementara dari bursa saham kawasan Asia lainnya, indeks Nikkei Jepang turun 0,2%, Hang Seng Hongkong anjlok 1,2%, sedangkan KOSPI Korea Selatan merosot 0,7%, dan indeks Strait Times Singapura melemah 0,6%.

Pada perdagangan sesi II IHSG diperkirakan masih melemah dengan indikator BB yang berada di area pivot menuju level support.

Simak analisis teknikal di bawah ini.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot, dengan garis BB yang mulai mendatar, bahkan cenderung menyempit maka, pergerakan selanjutnya diperkirakan untuk turun lebih lanjut menuju level support.

Untuk melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level support yang selanjutnya berada di area 5.030 hingga area 4.970. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati level resistance yang berada di area 5.070 hingga area 5.110.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang sudah berpotongan di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan untuk terkoreksi.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 57, setelah menyentuh level 80 yang sekaligus menjadi area jenuh beli atau overbought maka pergerakan cenderung menurun.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot, dengan garis BB yang mulai menyempit dan menuju level support maka pergerakan selanjutnya berpotensi turun.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular