Corona Menggila di AS, Harga Minyak Mulai Goyang

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
10 July 2020 11:07
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperjualbelikan mulai goyang seiring dengan perkembangan terbaru pandemi Covid-19 yang terus mencatatkan rekor baru, terutama di Amerika Serikat (AS).

Pada 09.55 WIB harga minyak mentah terkoreksi dengan Brent turun 0,59% ke US$ 42,1/barel dan minyak acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) ambles lebih dalam sebesar 0,76% ke US$ 39,32/barel.

Kasus baru Covid-19 secara global terus bertambah. Rekor terbaru dicatatkan oleh AS sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak. Reuters melaporkan ada tambahan lebih 60 ribu kasus Covid-19 di AS pada Rabu lalu. 

Sementara itu beberapa kota di dunia yang juga melaporkan terjadinya lonjakan kasus kembali menerapkan lockdown. Beijing, Leicester hingga Melbourne di Australia kembali dalam status karantina. 

Di Australia bahkan pemerintahnya mulai akan membatasi warga negara yang diizinkan pulang dari luar negeri untuk menekan penyebaran kasus Covid-19 di Negeri Kangguru itu.

Lonjakan kasus baru yang dikhawatirkan akan memicu lockdown lagi ini menjadi risiko besar bagi pasar energi terutama minyak mentah. Apalagi jika skalanya masif seperti pada April lalu. Permintaan bahan bakar dan minyak langsung ambles 30%. 

"Kembali merebaknya wabah virus corona di berbagai belahan dunia telah menjadi alasan tambahan bahwa pemulihan ekonomi beberapa bulan mendatang masih akan berjalan lambat" tulis Capital Economics dalam sebuah catatan.

Di sisi lain kini pasar juga terus menyoroti perkembangan terbaru seputar permintaan minyak. Relaksasi lockdown dan mulai kembalinya mobilitas membuat permintaan bensin membaik. Pekan lalu data resmi pemerintah AS menunjukkan stok bensin Negeri Paman Sam mengalami penurunan hingga 4,8 juta barel.

Pelaku pasar juga terus mencermati komitmen para produsen minyak global yang tergabung dalam OPEC+ untuk memangkas outputnya. Pada Juni lalu, tingkat kepatuhan OPEC mencapai 107% membaik dari bulan Mei. 

Pemangkasan ekstra oleh Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab turut mendongkrak keberhasilan ini. Sementara itu membaiknya kepatuhan Iraq dan Nigeria juga turut menjadi kabar baik. 

Mulai Agustus nanti, OPEC+ rencananya akan memangkas produksi minyak lebih rendah yakni di 7,7 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun. Jika kasus Covid-19 terus mencetak rekor secara global dan lockdown kembali diterapkan sehingga permintaan minyak anjlok maka pasar akan tertekan lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular