Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Namun rupiah tetap perlu waspada, karena risiko untuk kembali ke zona merah masih sangat tinggi.
Pada Rabu (8/7/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.390 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,28% di hadapan dolar AS. Mata uang Tanah Air sudah menguat dua hari beruntun.
Meski begitu, rupiah masih dalam tren depresiasi. Selama sebulan terakhir, rupiah masih melemah 3,97% secara point-to-point.
Oleh karena itu, rupiah masih punya ruang untuk menguat. Sebab rupiah memang sudah terlalu 'murah', sehingga kembali menarik di mata investor.
Akan tetapi, rupiah rasanya tidak bisa berleha-leha hari ini. Bukan apa-apa, pelaku pasar sedang dilanda kegalauan akibat penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang semakin luas.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 7 Juli 2020 adalah 11.500.302 orang. Bertambah 172.512 orang (1,52%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
"Masyarakat tidak boleh lengah karena penambahan kasus di beberapa wilayah. (Virus corona) ada di mana-mana, dan orang-orang harus memahami ini. Virus masih menyebar dan orang-orang harus menganggapnya dengan sangat serius," tegas Margaret Harris, Juru Bicara WHO, seperti diberitakan Reuters.
Akibat lonjakan kasus corona, sejumlah daerah di beberapa negara mulai kembali mengetatkan pembatasan sosial (social distancing). AS, negara dengan jumlah pasien positif corona terbanyak di muka bumi, adalah contohnya.
Sejumlah negara bagian di Negeri Paman Sam yang awalnya sepat melonggarkan social distancing kini mengetatkannya lagi. Negara Bagian New York kembali memberlakukan karantina mandiri bagi pendatang yang berasal di daerah-daerah yang dinilai berisiko.
Sementara di Pemerintah Kota Miami, Negara Bagian Florida, memerintahkan sejumlah usaha untuk berhenti beroperasi untuk sementara. Bagi perusahaan yang melanggar, siap-siap bakal kena sanksi.
"Kami mencoba kembali memberlakukan upaya pencegahan sampai kurva kasus melandai. Celakanya, kasus saat ini tidak terkendali," keluh Francis Suarez, Wali Kota Miami, seperti diwartakan Reuters.
Jika semakin banyak wilayah yang kembali menegakkan social distancing secara murni dan konsekuen, maka laju roda perekonomian dunia akan kembali seret. Pemulihan ekonomi yang awalnya diperkirakan bisa terjadi pada paruh kedua 2020 menjadi penuh tanda tanya.
"Pelaku pasar akan terus memantau perkembangan pandemi virus corona dalam beberapa pekan ke depan. Pertanyaannya, sejauh mana restriksi akan diberlakukan kembali?" kata Tapas Strickland, Ekonom NAB, seperti dikutip dari Reuters.
Oleh karena itu, sentimen yang beredar di pasar masih sangat fluktuatif. Sentimen positif bisa berubah menjadi negatif dalam waktu singkat, tergantung bagaimana perkembangan penyebaran virus corona.
Ini membuat nasib pasar keuangan dunia menjadi sangat tidak pasti. Dalam situasi yang seperti ini, akan sulit bagi rupiah untuk bisa stabil menapaki jalur hijau.
TIM RISET CNBC INDONESIA