Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun perkasa di perdagangan pasar spot.
Pada Selasa (7/7/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor menunjukkan angka Rp 14.456. Rupiah menguat 0,63% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sementara di 'arena' pasar, US$ 1 setara dengan Rp 14.350 pada pukul 10:00 WIB. Rupiah menguat 0,62% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar spot, rupiah sudah menguat 0,28%. Namun seiring perjalanan, rupiah semakin kuat dan dolar AS berhasil dilengserkan ke bawah Rp 14.400.
Rupiah memang sedang dalam misi 'balas dendam'. Maklum, rupiah sudah melemah lebih dari 4% selama sebulan terakhir. Ini membuat mata uang Tanah Air punya ruang untuk bangkit.
Seperti halnya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Akan tetapi, penguatan mata uang Asia lainnya tidak ada yang setajam silet, eh rupiah. Dengan demikian, rupiah secara sah dan meyakinkan menjadi mata uang terkuat di Benua Kuning.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:05 WIB:
Dolar AS sedang tidak menjadi primadona di pasar. Pada pukul 09:17 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,1%.
Investor semringah karena data-data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa ekonomi bisa pulih dengan cepat dari pukulan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Di Zona Euro, penjualan ritel pada Mei 2020 meroket 17,8% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) memang masih turun 5,1%, tetapi jauh lebih landai dibandingkan bulan sebelumnya yang anjlok 19,6%.
Di AS, angka Purchasing Managers' Index (PMI) sektor jasa periode Juni 2020 versi IHS Markit berada di 47,9. Masih di bawah 50, yang menandakan pelaku usaha belum melakukan ekspansi, tetapi jauh membaik ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 37,5.
Sementara PMI jasa versi Institute for Supply Management pada Juni 2020 berada di 57,1, naik tajam dibandingkan bulan sebelumnya yakni 45,4. Angka 57,1 adalah yang tertinggi sejak Februari, artinya hampir menyamai level sebelum pandemi.
"Gambaran besarnya adalah pemulihan ekonomi sepertinya bisa membentuk pola V-Shaped. Bagi dolar AS, karena sifatnya sebagai safe haven (aset aman), ini menjadi momentum koreksi," kata Imre Speizer, FX Analyst di Westpack yang berbasis di Auckland (Selandia Baru), seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA