
Kurs Dolar Singapura Betah di Level Tinggi 1 Bulan Rp 10.410

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah di awal pekan, Senin (6/7/2020), melanjutkan penguatan 7 hari beruntun yang dicetak sebelumnya. Ramalan yang bertolak belakang antara Singapura dan Indonesia membuat Dolar Singapura terus berjaya.
Mengutip data dari Refinitiv, dolar Singapura sempat menguat 0,54% ke Rp 10.410,23/SG$, sebelum terpangkas dan berada di level Rp 10.380/SG$. Level tersebut masih dekat dengan level tertinggi dalam 1 bulan terakhir Rp 10.460,28/SG$ yang disentuh pada perdagangan Jumat pekan lalu.
Singapura saat ini dikatakan menjadi tempat aman (safe place) untuk investasi menjadi modal bagi mata uangnya untuk menguat.
Bank investasi ternama, Morgan Stanley mengatakan bullish terhadap pasar saham Singapura dan dikatakan sebagai safe place di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini.
"Kita bisa melihat inflow yang didukung oleh peningkatan persepsi Singapura sebagai safe place di saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan politik regional," tulis analis Morgan Stanley, Wilson Ng dan Derek Chang, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (29/6/2020).
Valuasi bursa saham Singapura dikatakan sudah mencapai level dasar, dan diprediksi akan menguat 14%.
Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menjadi penyebab ketidakpastian ekonomi. Guna menanggulanginya, pemerintah Singapura menggelontorkan 4 paket stimulus senilai SG$ 100 miliar, atau hampir 20% dari produk domestik bruto (PDB).
Aliran modal besar masuk ke Singapura di tahun ini, bahkan tren tersebut sudah terjadi sejak tahun lalu. Di bulan April deposito non-residence dilaporkan meningkat 44% year-on-year (YoY) menjadi SG$62,14 miliar, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Di sisi lain, risiko kenaikan inflasi di Indonesia dapat memicu terjadinya capital outflow dari dalam negeri.
Hal ini terjadi setelah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin pekan lalu setuju "sharing the pain" dengan pemerintah dalam rangka memerangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19). BI setuju untuk membeli obligasi pemerintah tanpa bunga alias zero coupon.
Ahli strategi mata uang di DailyFX, Margaret Yang, sebagaimana dikutip Reuters mengatakan saat bank sentral di negara berkembang membeli obligasi pemerintahnya dengan mata uang sendiri, maka akan menciptakan inflasi.
"Bank Sentral AS (The Fed) melakukan hal yang sama, tetapi situasinya berbeda karena dolar AS adalah mata uang dunia, jadi uang tidak hanya beredar di Amerika Serikat, tetapi juga keseluruh dunia," katanya.
Ketika inflasi meningkat, maka daya tarik investasi di Indonesia menjadi menurun, sebab riil return yang dihasilkan menjadi lebih rendah.
Belum lagi BI diprediksi akan kembali memangkas suku bunga acuannya, sehingga yield yang dihasilkan dari berinvestasi di pasar obligasi misalnya akan lebih rendah lagi.
Saat mengumumkan pemangkasan suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 4,25% pertengahan Juni lalu, BI memang membuka peluang akan kembali memangkas 7 Day Reserve Repo Rate tersebut.
Kondisi yang berkebalikan tersebut, Singapura mendapat inflow dan Indonesia terjadi outflow membuat dolar Singapura terus menguat melawan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
