Melbourne Lockdown, Dolar Australia Malah Naik ke Rp 9.883

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 July 2020 11:25
FILE PHOTO: Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz/File Photo
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar Australia. REUTERS / Daniel Munoz / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat lagi melawan rupiah pada perdagangan Kamis (2/7/2020), padahal sebagian wilayah kota Melbourne kini dikarantina (lockdown) akibat peningkatan kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Hingga hari ini, mata uang Negeri Kanguru sudah menguat dalam 4 hari beruntun dan berada di level tertinggi dalam satu bulan terakhir.

Pada pukul 11:18 WIB, AU$ 1 setara Rp 9.883,19, dolar Australia menguat 0,75% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Kebijakan lockdown diterapkan di wilayah utara dan barat kota Melbourne, khususnya yang termasuk dalam wilayah 10 kode pos sejak hari ini. Kebijakan tersebut dilakukan akibat terus meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di negara bagian Victoria.

Pemerintah Victoria hari ini melaporkan 77 kasus baru Covid-19, yang merupakan rekor penambahan harian terbanyak. Jumlah kasus baru yang terbanyak berada di wilayah 10 kode pos yang di-lockdown.

Jumlah kasus baru di Australia hari ini dilaporkan sebanyak 81 orang sehingga total menjadi 8.001 kasus, dengan 104 meninggal dunia, dan 7.090 sembuh.
Meski sedang mengalami serangan Covid-19 gelombang kedua, khususnya di negara bagian Victoria, nyatanya nilai tukar dolar Australia masih terus menguat melawan rupiah.

Hal ini tidak lepas dari perekonomian Australia yang ternyata tidak seburuk perkiraan. Di awal bulan ini, pertumbuhan ekonomi (produk domestic bruto/PDB) Australia kuartal I-2020 dilaporkan mengalami kontraksi atau minus 0,3% quarter-on-quarter (QoQ).

Rilis tersebut masih lebih bagus dari prediksi kontraksi 0,4% di Forex Factory. Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year, PDB Australia tumbuh 1,4%.

Data tersebut ditambah dengan mulai berputarnya kembali roda perekonomian di Australia tentunya membuat bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) menahan diri menggelontorkan tambahan stimulus.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 4,25% pada pertengahan Juni lalu, dan masih membuka peluang untuk dipangkas lagi.

Saat BI kembali memangkas suku bunga, maka yield obligasi juga akan ikut menurun, sehingga daya tariknya akan berkurang. Aliran modal ke dalam negeri berisiko tersendat, rupiah pun kekurangan bensin untuk kembali menguat.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular