Analisis Teknikal

Kering Sentimen Positif, IHSG Sesi II Bertahan di Zona Merah

Haryanto, CNBC Indonesia
29 June 2020 13:12
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi I hari Senin (27/6/2020) tertekan data lonjakan kasus baru virus corona yang mendera sejumlah negara setelah pemberlakuan pelonggaran karantina wilayah (lockdown).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I nilai transaksi mencapai Rp 2,72 triliun, dengan investor asing jual bersih (net sell) sebesar Rp 279,46 miliar di semua pasar. Sementara volume transaksi tercatat 4,03 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 312.337 kali transaksi.

Saham-saham yang menurun di antaranya saham PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) (-5,61%), PT Astra International Tbk (ASII) (-2,86%), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) (-2,60%), sedangkan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) (-2,51%) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) (-2,43%).

Koreksi IHSG mengikuti kinerja bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Jumat kemarin (Sabtu pagi waktu Indonesia) yang masuk zona merah.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh 730,05 poin atau 2,84% menjadi 25.015,55, mencatat penurunan tertajam dalam dua minggu. Nasdaq ambles 259,78 poin atau 2,59% menjadi 9.757,22 dan S&P 500 turun 74,71 poin atau 2,42% menjadi 3.009,05.

Penurunan bursa Wall Street terdorong oleh melonjaknya kasus baru virus corona yang telah meningkatkan kemungkinan negara memberlakukan kembali pembatasan pada aktivitas bisnis. Pemerintahan Trump telah mengesampingkan penguncian (lockdown) lainnya, tetapi Gubernur Texas Greg Abbott telah mengumumkan bahwa negara akan menghentikan rencana pembukaan kembali karena lonjakan dalam kasus virus corona.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memperingatkan bahwa jumlah orang yang terinfeksi di AS kemungkinan besar 10 kali lebih tinggi daripada yang dilaporkan secara resmi.

Sementara dari bursa saham Asia lainnya, indeks Nikkei anjlok 2,22% setelah rilis data Penjualan Ritel Bulan Mei Jepang oleh Kementrian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang yang menunjukkan terjadinya kontraksi penjualan ritel sebesar 12,3%, kontraksi ini lebih parah dari ramalan konsensus yang meramakan hanya terjadi kontraksi 11,6%.

Sementara itu di Hong Kong, Indeks Hang Seng turun 1,41%, jelang rilis data Ekspor dan Impor Hong Kong Bulan Mei oleh Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong, Ekpor Hong Kong bulan April sendiri terkontraksi 3,7% sedangkan impornya juga ikut terkontraksi lebih parah 6,7%.

Pada perdagangan sesi II IHSG cenderung bertahan di zona merah, di tengah terpaan sentimen pasar yang semakin memburuk akibat pandemi virus corona hingga proyeksi IMF terhadap ekonomi global yang berujung resesi. Sementara indikator BB yang berada di area support dan mulai melebar mengindikasikan penurunan lebih lanjut.

Simak analisis teknikal di bawah ini.

 

Analisis teknikalFoto: Revinitif
Analisis teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area support, dengan garis BB yang mulai melebar maka pergerakan selanjutnya cenderung turun lebih lanjut.

Untuk melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level support selanjutnya yang berada di area 4.850 hingga area 4.800. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati level resistance yang berada di area 4.890 hingga area 4.9400.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berada di wilayah negatif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk konsolidasi lebih lanjut.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 24 dengan garis yang terpantau menurun, artinya ada kemungkinan pergerakan untuk tertekan kembali atau melemah.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area support, dengan garis BB yang mulai melebar maka pergerakan selanjutnya untuk turun lebih lanjut.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular