Harga CPO Ambles Lagi, Sekarang di Bawah RM 2.400/ton

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 June 2020 12:07
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) melemah pada perdagangan awal pekan ini Senin (29/6/2020) mengekor harga minyak mentah global yang juga ambles akibat lonjakan kasus baru Covid-19 secara global.

Pada 10.41 WIB, harga CPO pengiriman September di Bursa Malaysia Derivatif turun 1,35% ke RM 2.336/ton. Pekan lalu harga CPO tercatat terpangkas 4,21%. Berbagai kabar buruk membuat harga komoditas ini mengalami koreksi.

Sentimen negatif pertama adalah melemahnya harga minyak mentah. Koreksi harga minyak membuat CPO menjadi kurang menarik untuk bahan baku pembuatan biodiesel, sehingga mempengaruhi permintaannya.

Amblesnya harga minyak mentah global tak terlepas dari sentimen lonjakan kasus baru infeksi Covid-19 secara global. Data John Hopkins University CSSE menunjukkan jumlah orang yang terjangkit virus ganas ini sudah tembus angka 10 juta sampai hari ini. 

Kasus di Amerika Utara, Amerika Latin dan Eropa masing-masing menyumbang sekitar 25% dari total kasus, sementara Asia dan Timur Tengah masing-masing memiliki kontribusi sekitar 11% dan 9%, menurut penghitungan Reuters. 

Jumlah korban yang meninggal akibat infeksi Covid-19 sudah mencapai setengah juta. Angka ini hampir sama dengan jumlah kematian akibat influenza setiap tahunnya. 

Reuters melaporkan pandemi Covid-19 kini telah memasuki fase baru, dengan India dan Brazil masing-masing melaporkan lebih dari 10.000 kasus sehari.Kedua negara menjadi penyumbang terbesar dengan lebih dari sepertiga dari semua kasus baru dalam sepekan lalu.

Brazil melaporkan rekor 54.700 kasus baru pada 19 Juni. Beberapa peneliti mengatakan jumlah kematian di Amerika Latin bisa meningkat menjadi lebih dari 380.000 pada Oktober, dari sekitar 100.000 minggu kemarin.

Sentimen negatif lain juga berasal dari ramalan IMF yang memproyeksi ekonomi global bakal terkontraksi sebesar 4,9% tahun ini. Angka proyeksi ini direvisi turun 1,9 poin persentase dari proyeksi April lalu di minus 3%. 

Prospek perekonomian yang lebih suram serta ancaman diterapkannya lockdown membuat permintaan terhadap minyak nabati jenis ini menjadi terancam. Di sisi lain pasar juga mencermati tingkat produksi minyak sawit di dua negara produsen utama (Malaysia dan RI) yang biasanya mengalami peningkatan pada kuartal kedua.

Beralih ke dalam negeri, pemerintah telah meminta Badan Pengelola Dana Perkebunan- Kelapa Sawit (BPDP-KS) untuk mencapai target peremajaan 500 ribu hektar perkebunan sawit skala kecil pada 2020-2022. 

"Pemerintah telah menargetkan untuk meremajakan perkebunan kelapa sawit skala kecil seluas 500 ribu hektar pada 2020-2022. Saya ingin Pak Eddy (Presiden Direktur BPDP-KS) untuk menangani urusan ini" kata Moeldoko Kepala Kantor Staf Kepresidenan RI. 

"Pemerintah tak ingin mengesampingkan para petani dari kebijakan minyak sawit. Kami ingin membuat kebijakan yang dapat mempertahankan para petani kecil. Masalah yang menghambat program peremajaan seperti aspek legalitas perkebunan di dalam hutan harus diselesaikan" tambahnya, melansir Reuters.

Pemerintah telah melakukan relaksasi persyaratan untuk program peremajaan untuk perkebunan skala kecil agar mencapai target program.

President direktur of BPDP-KS Eddy Abdurrachman mengatakan bahwa dana untuk program peremajaan perkebunan sudah dinaikkan dari Rp 25 juta menjadi Rp 30 juta per hektar untuk para petani dengan luas lahan maksimal 4 hektar. 

Sejak 2016, BPDP-KS menggelontorkan Rp3,425 triliun dana untuk program yang mencakup 137 ribu hektar lahan dan 60,066 petani. BPDP-KS juga bekerja sama dengan himpunan bank milik negara (Himbara) untuk menyediakan pinjaman yang terjangkau bagi para petani.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gelombang Kedua Corona Mengancam, Harga CPO Terpangkas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular