Kasus Corona Global Cetak Rekor! Rupiah Lemas Deh...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 June 2020 09:11
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih menjadi faktor utama pemantik kekhawatiran investor.

Pada Senin (29/6/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.150 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun tidak butuh waktu lama bagi rupiah untuk terjun ke zona merah. Pada pukul 09: WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.160 di mana rupiah melemah 0,07%.

Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah 0,71% di hadapan dolar AS. Sepertinya tren depresiasi rupiah masih berlanjut pada awal pekan ini.

Bukan apa-apa, pelaku pasar melihat risiko gelombang serangan kedua virus corona semakin tinggi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 28 Juni adalah 9.843.073 orang. Bertambah 190.025 orang atau 1,97% dibandingkan hari sebelumnya.

Tambahan 190.025 kasus dalam sehari adalah rekor kenaikan harian tertinggi sejak WHO mencatat pasien corona mulai 20 Januari. Sedangkan pertumbuhan 1,97% adalah laju tercepat sejak 21 Juni.


Peningkatan kasus corona di berbagai negara terjadi seiring pelonggaran pembatasan sosial (social distancing). Maklum, sebelumnya penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini sempat melambat sehingga masyarakat diperkenankan beraktivitas lagi, meski dibatasi protokol kesehatan.

Namun karena terjadi lonjakan kasus, reopening berubah jadi reclosing. Ya, pemerintah di sejumlah negara kembali menutup sebagian aktivitas publik untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut.

Kali ini Negara Bagian California di AS yang melakukannya. Gubernur Gavin Newsom memerintahkan bar untuk kembali menutup operasionalnya. Langkah serupa juga telah diterapkan di negara bagian lainnya seperti Texas dan Florida.

"Mengonsumsi alkohol membuat seseorang jadi kurang patuh menggunakan masker dan menjaga jarak. Bar juga biasanya bising sehingga harus berteriak agar bisa berkomunikasi, ini membuat droplet menyebar lebih luas," sebut keterangan tertulis otoritas kesehatan California.

Akhir pekan lalu menjadi hari ketiga secara beruntun kasus corona di AS bertambah lebih dari 40.000 dalam sehari. Jika situasi tidak kunjung membaik, maka Negeri Paman Sam bisa kembali ke masa karantina wilayah (lockdown) karena semakin banyak daerah yang 'mengunci' lagi aktivitas publik.

Kalau masyarakat terpaksa kembali #dirumahaja, maka prospek pemulihan ekonomi pada semester II-2020 menjadi samar-samar. Ini tentu membuat investor cemas sehingga memilih bermain aman.

"Kita mungkin sudah melalui fase terburuk. Namun saya mengatakan itu dengan penuh kecemasan, karena mungkin kita akan menghadapi gelombang kedua yang juga parah. Oleh karena itu, sepertinya pemulihan ekonomi tidak akan merata dan lebih bertahap. Beberapa industri seperti penerbangan dan hiburan mungkin tidak akan seperti dulu lagi," jelas Christine Lagarde, Presiden Bank Sentral Uni Eropa (ECB), seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular