Disentil Sri Mulyani, 2 dari 7 BUMN Tekor Mulai Cetak Laba

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
27 June 2020 14:35
Erick Tohir & Sri Mulyani / Aristya Rahadian
Foto: Erick Tohir & Sri Mulyani / Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak dua dari 7 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merugi pada 2018 sudah mulai memperlihatkan hasil. Sebelumnya, kondisi BUMN yang merugi tersebut sudah mulai diperhatikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sejak rapat kerja dengan Komisi XI DPR pada Desember 2019 lalu.

Sri Mulyani saat itu juga mengatakan, pihaknya sedang memberikan ruang terlebih dahulu kepada Menteri BUMN Erick Thohir dan jajarannya untuk melakukan evaluasi BUMN yang merugi tersebut.

"Menteri BUMN sekarang sedang lakukan evaluasi dengan dua wamennya. Mereka sedang menjalankan itu nanti kami lihat, bagaimana bentuk policy yang dibutuhkan BUMN tersebut," ujar Sri Mulyani kala itu.

Ketujuh BUMN yang merugi pada 2018, yakni PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Pertani, Perum Bulog, dan Krakatau Steel.

Persoalan ketujuh BUMN tersebut merugi karena berbagai alasan, diantaranya karena kinerja keuangan perusahaannya yang tidak efisien dan beberapa persoalan teknis lainnya.

Namun dua dari tujuh BUMN tersebut kini dikabarkan sudah mulai mencetak laba. Berikut dua BUMN yang mulai menghasilkan laba dari kerugian beberapa tahun lalu:

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS)

Bertahun-tahun menelan kerugian, emiten produsen baja pelat merah, Krakatau Steel Tbk menyampaikan prognosa laba bersih perseroan pada kuartal I-2020 sebesar US$ 20 juta atau sekitar Rp 320 miliar (asumsi kurs Rp 16.000/US$) dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.

Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim menjelaskan, prognosa perolehan laba bersih ini disebabkan karena perusahaan telah melakukan restrukturisasi utang besar-besaran pada awal tahun 2020. Dengan demikian, beban utang perseroan mengalami penurunan.

"KRAS sudah dibukukan profit setelah 8 tahun rugi. Bottom line [laba bersih] sudah positif di Q1, dari prognosa kemarin, sekitar US$ 20 juta di Q1-2020," terang Silmy Karim pada Jumat (27/3/2020) lalu.

Sebagai perbandingan, pendapatan KRAS di kuartal I-2019 turun menjadi US$ 418,98 juta dari periode yang sama 2018 yakni US$ 486,17 juta, dengan menderita rugi bersih US$ 62,32 juta dari sebelumnya rugi bersih US$ 4,87 juta.

Pada awal tahun ini, emiten dengan kode saham KRAS ini sudah menyelesaikan proses restrukturisasi utang senilai US$ 2 miliar atau setara Rp 27,22 triliun (asumsi kurs Rp 13.611/US$ pada Januari). Ini merupakan restrukturisasi utang terbesar yang pernah ada di Indonesia.

Sepanjang 2019, data laporan keuangan mencatat, rugi bersih KRAS mencapai US$ 505,39 juta atau Rp 7,07 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$), dari rugi bersih US$ 167,53 juta. Pendapatan turun menjadi US$ 1,42 miliar dari sebelumnya US$ 1,74 miliar.

Kemudian, berdasarkan Rapat Kerja (Raker) DPR RI dengan Kementerian BUMN pada Senin (22/6/2020) lalu, sebanyak 17 BUMN, termasuk Krakatau Steel akan mendapatkan dana bantuan pemerintah dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) senilai total Rp 143,63 triliun.

Krakatau Steel sendiri akan mendapatkan dana sebesar Rp 4 triliun. Jumlah tersebut sama dengan yang didapatkan PT Perkebunan Nusantara (Persero).


PT Dirgantara Indonesia

Pemulihan kinerja PT Dirgantara Indonesia terungkap saat DPR Komisi VI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama dengan BUMN Industri Strategis pada 12 Februari 2020 lalu. Beberapa BUMN strategi itu ialah PT Pindad, PT INKA, dan PT PAL. Sedangkan BUMN yang memproduksi pesawat terbang yakni Dirgantara Indonesia.

Saat paparan, disebutkan PTDI yang dikembangkan oleh mendiang Presiden BJ Habibie ini ternyata sudah mencatatkan laba bersih di 2019. Padahal di 2018 perseroan menderita kerugian hingga US$ 38,5 juta.

Laba bersih PTDI pada 2019 tercatat US$ 10,5 juta atau setara dengan Rp 147 miliar. Laba bersih dipengaruhi oleh pendapatan perseroan yang naik hingga US$ 259,7 juta atau Rp 3,64 triliun.

Pada 2019 PTDI memiliki 4 pesawat CN235 dan 6 pesawat NC212. Di 2021 nanti, perseroan berharap memiliki tambahan 2 pesawat CN235. PTDI berkantor pusat di Jl Pajajaran Nomor 154 Bandung dan memiliki pabrik di Batuporon Surabaya dan Tasikmalaya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah! Purwono Widodo Diangkat Jadi Dirut Krakatau Steel (KRAS)

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular