
Harga Emas Flat, tapi Ada yang Yakin Bisa Tembus ke US$ 2.300

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas cenderung flat dalam tiga hari terakhir. Namun dengan kondisi yang penuh ketidakpastian disertai dengan ancaman inflasi yang tinggi di masa mendatang membuat harga emas berpotensi melesat lebih tinggi.
Jumat (26/6/2020), harga emas di pasar spot melemah tipis cenderung flat. Pada 08.45 WIB harga logam mulia emas menurun 0,04% ke US$ 1.760/troy ons. Harga emas saat ini masih berada di rentang tertingginya dalam tujuh setengah tahun terakhir.
Kasus infeksi Covid-19 di seluruh dunia kini nyaris mencapai angka 9,6 juta. Peningkatan kasus yang terjadi akhir-akhir ini membuat pasar kembali diliputi oleh kecemasan akan terjadinya gelombang kedua wabah.
Lonjakan kasus terjadi di Amerika bagian utara dan selatan. Di Amerika Serikat (AS), Reuters melaporkan Texas bahkan harus menunda pembukaan kembali ekonominya karena jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit membludak. Kasus juga bertambah banyak di negara-negara lain seperti Brazil, Amerika Latin dan India.
Melihat realita yang ada dan data-data ekonomi yang lebih buruk dari perkiraan serta masih tingginya risiko ketidakpastian, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi minus 4,9%.
Data PDB kuartal pertama yang lebih buruk dari perkiraan, turunnya konsumsi masyarakat dan output jasa, mobilitas yang masih terbatas, angka pengangguran yang melonjak signifikan hingga lebih dari 200 juta orang, kontraksi pada volume perdagangan hingga inflasi yang lemah membuat IMF merevisi turun proyeksinya.
Bank of Amerika (BoA) optimis bahwa peluang emas untuk menguat masih terbuka lebar. Chief Global FICC Technical Strategist Paul Ciana mengatakan bahwa harga emas akan cenderung menguji level tertingginya di rentang US$ 1.790 - US$ 1.805.
Jika rentang tersebut berhasil dilalui oleh emas, maka level tertinggi selanjutnya yang pernah dicapai pada 2011 yakni di US$ 1.920,7 akan mudah dilampaui juga. Lebih lanjut Ciana mengatakan skenario harga emas ke US$ 2.000 sangat mungkin dan arahnya memang ke sana. Harga bullion berpotensi ke US$ 2.114 - US$2.296.
"Sentimen yang memburuk tetap menjadi risiko tetapi dengan suku bunga AS berada di teritori menuju ZLB (nol batas bawah), risiko Covid-19 saat ekonomi dibuka kembali, retorika perdagangan kembali dan pemilihan umum AS semakin dekat, kami lebih suka melihat sentimen jauh lebih bullish setelah risiko menghilang untuk mempertimbangkan menjadi pelawan, "kata Ciana.
Kepala Analis Mata Uang HYCM Giles Coghlan mengatakan kepada CNBC pada hari Kamis bahwa bank-bank swasta telah mendorong klien-klien mereka yang untuk mengalokasikan emas ke dalam portofolio mereka.
Coghlan menyarankan bahwa kekhawatiran lonjakan kedua infeksi dapat mendorong indeks utama kembali ke wilayah pasar bearish dan memicu pasar yang kembali bergejolak di masa mendatang. "Untuk jangka menengah [harga] emas harusnya naik begitu juga dengan perak, tetapi kenaikan baru-baru ini mungkin dibatasi oleh koreksi," katanya.
Pada akhirnya prospek jangka panjang emas memang masih menarik dengan ketidakpastian dan berbagai ancaman lain. Inilah yang membuat harga emas cenderung kokoh dan ketika koreksi dimanfaatkan oleh para investor untuk melakukan aksi beli.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS & China Laporkan Lonjakan Kasus Corona, Harga Emas Naik
